Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meminang Bidadari yang Terluka

28 November 2020   11:04 Diperbarui: 28 November 2020   11:07 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wa'alaikumussalam.... Tidur? Malam ini Kakak mungkin ngga akan tidur apa pun jawabanmu," kataku sambil menatap matanya dalam. Ini bukan gombal, dan aku juga tak ahli dalam menggombal. Tapi kata-kataku barusan membuat pipi gadis Aceh dihadapanku bersemu merah. Ia menunduk, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Jadi gimana?" cecarku tanpa basa-basi.

Fira menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia seperti merenung sejenak. Entah belum yakin dengan jawaban yang akan diberikan atau bingung merangkai kata. Waktu berjalan laun saat itu. Jantungku berdetak cepat. Harap-harap cemas. Tegang tegang santai sambil tensi turun naik.

"Kak..., mohon maaf sebelumnya jika jawaban Fira ngga seperti yang Kakak harapkan...," pembukaan yang sepertinya akan mengecewakanku.

"Fira ingin kita mengakhiri hubungan ini. Mohon maaf Kak," tutur Fira dengan wajah sedih. Jawaban yang tak ingin kudengar. Wajahku memerah menahan kecewa. Aku sudah mempersiapkan diri untuk menerima jawaban ini, namun ternyata tak mudah. Kukepal tanganku dengan emosi yang membuncah.

"Baik. Goodbye Fira," ucapku sambil beranjak pergi meninggalkan Fira. Namun seketika, tangan halus Fira memegang tanganku.

"Apalagi?" sergahku.

"Tunggu Kak, adalagi yang mau Fira jelaskan, penting! Please...."

Aku pun duduk kembali, masih dengan nafas yang memburu. Fira mengelus tanganku. Ajaibnya itu begitu meredakan emosiku.

"Fira ingin kita mengakhiri hubungan yang ngga jelas ini. Fira ingin kita membawa hubungan kita ke arah yang serius. Sudah bukan masanya lagi kita main-main. Kita berdua bukan anak remaja lagi." Fira tersenyum padaku.

"Jadi, maksud kamu?" tanyaku ragu. Ada harapan dibalik kata-kata Fira atau hanya perasaanku saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun