Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Rajah Adinda

6 November 2020   09:50 Diperbarui: 6 November 2020   09:58 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gue ngga mau hapus rajah ini. Prosesnya sakit banget. Belum lagi nanti pasti bekasnya bakal bikin kulit gue jadi jelek. Pokoknya gue ngga mau. Kasih gue solusi lain, atau gue pecat Lo dari daftar sahabat gue," ancam Adinda.

"Gawat, mulai main ancam. Bisa berabe nih urusan." Siska lalu memegang kepalanya, memutar otaknya. Ia lalu bangkit dari sofa dan menatap keluar jendela unit apartemen. Tak ada  solusi sepertinya. Namun dari tempatnya berdiri, ia menatap bangunan paling eksotis bagi wanita. Mall. Ini serius.

"Daripada pusing, kita shopping aja yuk. Siapa tahu ada sale," ajak Siska dengan antusias. Adinda hanya menggeleng. Tangan kanannya meremas-remas rajah menyebalkan itu dengan kuat seolah ingin merobeknya.

"Ayolah, daripada stuck disini. Siapa tahu disana kita dapat inspirasi." bujuk Siska dengan gigih. Akhirnya Adinda pun setuju dengan idenya itu. Yah, kadang tak semua harus ada jawabannya saat itu juga kan?

Shopping. Yup, wanita selalu punya energi lebih untuk yang satu ini. Mereka adalah makhluk yang tahan berjam-jam keluar masuk merchant untuk memenuhi hasrat. Sepatu, pakaian, kosmetik, aksesoris, diburu dengan brutal. Kini ditangan kanan dan kiri Adinda telah tergantung shopping bag dari berbagai brand ternama. Tak perlu disebutkan disini, nanti disangka iklan. Ia seperti tak peduli bahwa total belanjaannya bernilai hampir sebulan gaji. Tenang saja, masih ada kartu hutang alias kartu kredit dalam bahasa kerennya.

Selepas berbelanja, mereka menuju sebuah restoran Jepang. Sekadar rehat setelah lelah menyusuri isi mall megah lima lantai itu.

"Betul kan kata gue, shopping is the best way to escape from your problem. It's always work, trust me." Siska berkata dengan jumawa.

"Sok British, Lo. Tapi betul juga sih yang Lo bilang. Dan dari brutal shopping kita hari ini, Gue mendapatkan solusi brilian. Thanks to you yah, Sis." Adinda tersenyum sumringah.

"Berarti Gue ngga jadi dipecat dari daftar sahabat Lo, kan?" canda Siska dengan mimik jenaka.

"Yaa, untuk saat ini sih belum. Besok-besok sih belum tentu," kata Adinda dengan memasang ekspresi wajah sengak yang mengundang tangan Siska untuk menjitaknya. Lalu keduanya tertawa sebelum menyantap Sushi dan Ocha dingin yang tersaji. Itadakimasu!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun