Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cobang: Hidup dan Cintamu Tak Lagi Sama (Episode: Pertumpahan Darah)

29 Oktober 2020   05:00 Diperbarui: 29 Oktober 2020   05:04 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan urusan kita, yuk cabut," cegah Ryan sambil

"Cewek itu kenalan gue, Bro."

"Iya gue ngerti, tapi sebaiknya kita ngga ikut campur. Salah-salah nanti kita yang--" Kalimat Ryan terputus karena Ardi segera berhambur ke arena pertarungan. Ardi menelan ludah saat mengetahui bahwa preman dihadapannya memegang senjata tajam, pisau karambit. Tanpa menunggu aba-aba, preman itu menyerang Ardi dengan pukulan bertubi-tubi. Beruntung masih bisa dihindari oleh Ardi.

Namun sabetan pisau karambit tak bisa sepenuhnya dihindari oleh Ardi. Lengan kirinya tersayat dan tetesan darah mengotori kemeja Giordano putihnya. Ardi memegang lengannya dan meringis kesakitan. Ia menjadi sedikit lengah. Sebuah pukulan mendarat telak diperut Ardi dan membuatnya roboh tak berdaya. Sungguh situasi yang berbahaya. Tepat sebelum serangan berikutnya, Ryan melancarkan pukulan keras yang mengenai rahang. Sang penyerang tersungkur. Hal itu membuat temannya murka. Dengan cepat ia melancarkan serangan yang dengan mudah ditangkis oleh Ryan.

"Cukup! Cukup! Ayo kita pergi!" teriak pria bercodet. Dua preman yang siap mengeroyok Ryan menatap pria bercodet seperti tak mengerti. Pria becodet itu seperti menunjukkan bahasa isyarat pada kedua preman itu. Ia menunjukkan pergelangan tangannya lalu menatap Ryan. Kedua preman itu lalu menatap pergelangan tangan Ryan dan seketika itu juga wajah mereka pucat pasi. Pria bercodet dan kedua preman itu pun pergi dengan tergesa.

Ryan menghampiri Ardi dan membuka kemeja merahnya untuk menutup luka Ardi. Ia lalu memapah Ardi dan segera melarikannya ke rumah sakit. Sementara itu, Rei dan dua orang temannya juga memapah teman pria mereka yang juga terluka cukup parah.

Syukurlah luka Ardi tak seberapa parah, dan bisa langsung pulang. Dokter hanya memberinya obat luar dan antibiotik untuk mencegah infeksi. Walau masih menyisakan beberapa tanya, Ardi bersyukur masih selamat.

Yup, welcome to Jakarta Ardi. Dan ini belum seberapa. Sungguh di depanmu telah banyak bahaya menanti. Berhati-hatilah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun