Saya tiba di Pelabuhan Ajibata, Parapat, Simalungun, ketika matahari tepat ada di atas kepala saya. Pelabuhan Ajibata adalah tempat berlabuhnya kapal yang akan membawa saya menyebrangi Danau Toba, untuk tiba di Pulau Samosir. Letak pelabuhan tidak sulit dijangkau, karena rute bus PO Sejahtera akan berakhir persis di tempat parkir pelabuhan ini.
Kapal berukuran sedang yang saya tumpangi ini terdiri dari dua lantai. Saya memilih lantai atas, agar busa lebih maksimal dalam menikmati pemandangan Danau Toba. Tapi jangan khawatir, walaupun di lantai 2, kapal dilindungi oleh kanopi, sehingga terik matahari tidak mengganggu perjalanan.
Setelah perjalanan +/- 30 menit dan membayar ongkos Rp 8.000 saya tiba di Pelabuhan Tomok, gerbang menuju Pulau Samosir. Saya segera mengikuti papan petunjuk yang terpasang.
Tempat yang pertama yang saya singgahi adalah patung Sigale-gale, yaitu sebuah patung kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat suku Batak di Pulau Samosir.Â
Selama menari-nari, patung ini dikendalikan oleh seorang pemain dari belakang menggunakan tali tersembunyi yang menghubungkan bagian-bagian patung melalui podium kayu berukir tempatnya berdiri. Hal ini memungkinkan bagian lengan, kepala, dan tubuhnya digerakkan (wikipedia).
Makam yang berusia lebih dari 460 tahun ini tidak dikuburkan di dalam tanah, melainkan diletakkan di atas tanah. Sebelum memasuki area makam, pengunjung wajib memakai ulos yang telah disediakan, dan ada pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan pengunjung, sebagai bentuk penghormatan kepada sang raja.Â
Tidak ada biaya tiket untuk masuk ke area makam, tapi pengunjung disodori kotak sumbangan seikhlasnya ketika akan meninggalkan area makam.