Mohon tunggu...
Risma Nindyana Putri
Risma Nindyana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya Risma Nindyana Putri dari Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Kenali Strict Parents dan Dampaknya!

25 Juni 2022   09:46 Diperbarui: 25 Juni 2022   10:03 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak merupakan pemberian yang dititipkan oleh Tuhan untuk orang yang akan diberi tanggung jawab, yaitu orang tua. Orang tua yang telah diberi tanggung jawab oleh Tuhan harus menjaga dan mendidik anak mereka menjadi lebih baik. Maka dari itu, peran orang tua sangat penting dalam perkembangan anak. Orang tua perlu mengetahui bagaimana pola asuh anak yang baik dan pastinya ingin memberikan yang terbaik kepada anaknya. Namun, karena terlalu takut anak mereka terjerumus ke jalan yang buruk, tanpa sadar mereka terlalu mengekang anaknya. Hal inilah yang disebut dengan pola asuh yang ketat atau strict parents. Bagaimana dan apa dampak dari strict parents ini?

Strict Parents adalah pola asuh yang dilakukan orang tua dengan membentuk kepribadian anak secara disiplin. Strict Parents juga diartikan sebagai pola asuh yang dilakukan dengan menetapkan standar dan tuntutan yang tinggi kepada anak mereka. Tujuan para orang tua menerapkan pola asuh ini biasanya demi kebaikan anaknya. Pada beberapa orang tua, mereka menerapkan pola asuh ini dengan harapan yang tinggi kepada anaknya, dimana mereka akan mengajarkan disiplin dan tanggung jawab. 

Selain itu, pada beberapa orang tua menerapkan pola asuh yang ketat kepada anak dengan alasan takut menjadi orang tua yang kurang baik dalam mengurus anak. Biasanya, orang yang melakukan hal tersebut lebih peduli terhadap kenyamanannya dibanding kenyamanan anaknya. Pola asuh ketat disebut juga dengan pola asuh otoriter. Pola asuh secara otoriter biasanya dilakukan dengan memberikan anak aturan yang ketat, orang tua yang kaku dan harapan orang tua kepada anaknya harus dilakukan tanpa membantah.

Ciri-ciri dari pola asuh otoriter yaitu orang tua menuntut anak namun kurang responsif. Orang tua dengan sifat ini memiliki banyak aturan yang harus ditepati oleh anaknya dan tidak boleh dibantah. Mereka juga memiliki aturan tidak tertulis dan anak harus menaati aturan tersebut, tetapi aturan itu tidak disebutkan oleh orang tuanya. Hal ini disebabkan karena orang tua merasa anak mereka mengerti aturan tersebut tanpa diberi tahu terlebih dahulu. Bila aturan tersebut tidak ditaati oleh anak, mereka tidak segan akan melakukan hukuman secara fisik. Orang tua yang strict juga jarang memberikan dukungan dan kasih sayang kepada anak. Mereka akan terlihat dingin, kasar, dan cuek terhadap anak. Pola asuh secara otoriter ini juga tidak akan memberikan kesempatan anak untuk memilih apa yang diinginkan. Orang tua akan membuat peraturan tanpa bertanya pendapat anaknya dan tidak diberi ruang untuk memberikan pendapat dan keputusan dengan alasan takut anaknya salah dalam mengambil jalan hidupnya.

Adapun dampak buruk dari pola asuh ini yaitu anak dapat merasa tidak bahagia, selalu merasa khawatir dan cemas, dan dapat muncul depresi. Perilaku anak juga dapat terganggu, seperti munculnya sifat membangkang, pemarah, agresif, dan impulsif akibat dari cara mereka mendisiplinkan anaknya dengan memberikan ancaman, paksaan, dan menghukum anak bila menentang aturan. Anak juga akan sering berbohong, karena anak tidak ingin merasakan hukuman dari orang tuanya. Contohnya, anak ingin keluar bersama teman baru namun tidak diperbolehkan oleh orang tuanya, maka mereka akan memberikan alasan lain yang pasti disetujui oleh orang tuanya, sehingga ia bisa keluar bermain dan tidak akan dihukum. Contoh lainnya yaitu anak yang akan bersikap baik didepan orang tuanya, namun saat tidak ada, mereka akan melakukan perilaku buruk.

Maka dari itu, pola asuh orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Bila ingin bersikap tegas dalam mendidik anak boleh saja, namun jangan sampai merenggut hal yang menjadi hak anak, seperti dukungan dan kasih sayang. Jika tidak ada kasih sayang dan dukungan dari orang tua, maka anak akan susah untuk mengetahui kesalahan dan bagaimana cara memperbaiki masalahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun