Mohon tunggu...
Risman Aceh
Risman Aceh Mohon Tunggu... profesional -

Anak Pantai Barat Selatan Aceh. @atjeh01

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teumamong (Kerasukan Raja Aceh)

16 Januari 2011   13:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berdiri secara rapi dan tegap serta menarik nafas seperlunya maka secara serentak mereka mengucapkan SahAdat Aceh:

"Saya bersaksi bahwa sesungguhnya Aceh adalah Tanoh Impian dan saya bersaksi bahwa kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat Aceh."

Pelan tapi pasti suasana histeria massa atau kesurupan atau teumamong yang dialami oleh siswi-siswi tadi menjadi pulih seiring dengan menghilangnya kabut tebal akibat terpaan sinar matahari. Sementara itu matahari kesadaran mulai merasuki ruang hati para anggota DPRA yang memilih untuk mereskidul kegiatan pertemuan dengan pihak sekolah. Mereka mulai merasa bukan soal sejarah Aceh yang menjadi paling utama melainkan soal nafsu kekuasaan yang masih harus dikendalikan lebih kuat lagi agar tidak terjebak dalam pandangan sempit dan eksklusif.

Saleum

Risman A Rachman

Keterangan:

Tanoh - Tanah

Teumamong - kerasukan makhluk halus

DPRA - Dewan Perwakilan Rakyat Aceh

SahAdat - kata ini tidak ada dalam bahasa Aceh. Kata ini terinspirasi dari kata syahadat. Jadi sahadat aceh adalah penegasan kembali jatidiri keacehan agar menempatkan Aceh sebagai tanah impian dan bukan tanah warisan. Sahadat Aceh ini ada kaitannya dengan Rancangan Qanun (Perda) Lembaga Wali Nanggroe yang sedang diajukan oleh DPRA Aceh yang secara substansi sangat bernuansa monarki. Dengan sahadat penulis berharap spirit demokrasi terus ada, setidaknya di bumi Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun