Setelah berdiri secara rapi dan tegap serta menarik nafas seperlunya maka secara serentak mereka mengucapkan SahAdat Aceh:
"Saya bersaksi bahwa sesungguhnya Aceh adalah Tanoh Impian dan saya bersaksi bahwa kedaulatan tertinggi ada ditangan rakyat Aceh."
Pelan tapi pasti suasana histeria massa atau kesurupan atau teumamong yang dialami oleh siswi-siswi tadi menjadi pulih seiring dengan menghilangnya kabut tebal akibat terpaan sinar matahari. Sementara itu matahari kesadaran mulai merasuki ruang hati para anggota DPRA yang memilih untuk mereskidul kegiatan pertemuan dengan pihak sekolah. Mereka mulai merasa bukan soal sejarah Aceh yang menjadi paling utama melainkan soal nafsu kekuasaan yang masih harus dikendalikan lebih kuat lagi agar tidak terjebak dalam pandangan sempit dan eksklusif.
Saleum
Risman A Rachman
Keterangan:
Tanoh - Tanah
Teumamong - kerasukan makhluk halus
DPRA - Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
SahAdat - kata ini tidak ada dalam bahasa Aceh. Kata ini terinspirasi dari kata syahadat. Jadi sahadat aceh adalah penegasan kembali jatidiri keacehan agar menempatkan Aceh sebagai tanah impian dan bukan tanah warisan. Sahadat Aceh ini ada kaitannya dengan Rancangan Qanun (Perda) Lembaga Wali Nanggroe yang sedang diajukan oleh DPRA Aceh yang secara substansi sangat bernuansa monarki. Dengan sahadat penulis berharap spirit demokrasi terus ada, setidaknya di bumi Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H