Mohon tunggu...
Risman Aceh
Risman Aceh Mohon Tunggu... profesional -

Anak Pantai Barat Selatan Aceh. @atjeh01

Selanjutnya

Tutup

Politik

Psycho-map Negeri Tanpa Bendera

13 November 2010   12:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:38 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="310" caption="negeritanpabendera"][/caption]

SEBELUM Tuan dan Puan berdebat secara ilmiah, sedini mungkin kami tegaskan: "Jangan mencari alamat negeritanpabendera di peta negeri tuan dan puan."


Tidak akan ditemui! Sekalipun Tuan dan Puan mencarinya ke peta-peta kuno, bahkan hingga ke peta middle-earth, tempat Souron, Sang Raja Kegelapan pernah mengumpulkan Ring of Power, juga tidak akan ada!

Karena itu kami segera katakan saja bahwa kami ada bukan di geo-map tapi di psycho-map. Lebih tepatnya lagi, kami ada di mind-map dan heart-map. Karena itu pula, sangat mungkin Tuan dan Puan juga salah satu penduduknya. Jika bukan sekarang, mungkin suatu saat nanti.

Sama seperti sejarah terbentuknya negeri-negeri Tuan dan Puan yang kini ada. Negeri kami, negeritanpabendera juga ada karena hasil benturan. Tentu bukan karena benturan alam sehingga bumi yang dulunya satu daratan akhirnya menjadi banyak kepulauan yang kini Tuan dan Puan klaim sebagai negeri Tuan dan Puan.
Negeri kami, negeritanpabendera, bukan terbentuk karena benturan alam melainkan karena benturan politik, benturan ekonomi, benturan sosial, dan bisa jadi juga karena benturan budaya dan agama.

Beda kami dengan nenek monyang Tuan dan Puan adalah kami tidak pergi untuk mencari pulau lain dan lalu menyingkirkan penduduk asli. Kami ada disemua negeri yang kini Tuan dan Puan perintah.

Seperti penduduk asli, kami tidak memerintah. Kami adalah orang-orang "taklukan" Tuan dan Puan yang telah menjadikan negeri ini sebagai tanah warisan lewat politik kosmetik yang Tuan dan Puan ciptakan dari sejak pertama kali konsep kekuasaan Tuan dan Puan perkenalkan dan terapkan.

Buat kami, baik monarki, oligarki, maupun demokrasi sama saja. Dalam prakteknya Tuan dan Puan tetap melanggengkan politik negeri warisan. Mewariskan kekuasaan Tuan dan Puan baik secara garis keturunan, garis kekayaan, maupun garis ideologi. Tuan dan Puan tidak pernah menjadikan negeri ini sebagai negeri harapan yang semua orang berhak berlomba dalam mengapai dan mendistribusikan kasih sayangnya.

Mungkin Tuan dan Puan bertanya, "Apakah kami marah?"

“Ya! Dengan pasti kami katakan bahwa kami marah. “ Sekali lagi, kami katakan dengan bahasa yang sangat jelas: "Kami marah!"

Tapi tidak perlu kuatir. Penjelasan kami pun akan segera melegakan Tuan dan Puan karena perilaku kami tidak sama dengan perilaku yang pernah Tuan dan Puan lakukan sebelum menjadi penguasa.

Kami tidak akan berdemo sebagaimana Tuan dan Puan lakukan dulu terhadap rezim otoriter. Jika kami tidak berdemo maka tentu juga kami tidak akan mengangkat senjata sebagaimana Tuan dan Puan yang lain pernah lakukan.

Betulkan! Jadi tentu Tuan dan Puan tidak kuatir. Tapi tunggu dulu. Itu bukan berarti kami tidak melawan Tuan dan Puan. Kami melawan dan akan terus melawan sampai saatnya kami berhenti. Dengan cara apa kami melawan dan kapan kami berhenti melawan? Kami akan menjawabnya sesegera mungkin. Untuk sementara kami hanya ingin mengatakan kata kuncinya saja, yakni silent resistance structure.

Bersambung...


Di postkan juga di negeritanpabendera

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun