"Jangan kuatir. Rina akan segera pulih dan mengingat semuanya. Syaratnya, sebagai kekasihnya kamu mesti mendampinginya dengan penuh kasih sayang."
Andi tertegun tanpa bisa bersuara. Rencananya untuk segera berpisah dengan Rina justru membuatnya tidak mungkin untuk membiarkan Rina sendirian dalam kondisi amnesia. Meninggalkan Rina sama dengan membiarkan Rina lebih menderita akibat ulahnya yang telah menabrak. Bagaimana pun aku harus bertanggungjawab.
"Ya tuhan, ada rencana apa dibalik semua ini?" Andi membatin.
Di lain sisi, Andi seperti merasa ada teguran Tuhan untuknya. Betapa tidak, sejak berpisah dengan Nur Silvi Andi seperti kehilangan pijakan. Maka, kenakalannya pun kembali menghinggapi dirinya. Shalat mulai bolong-bolong dan ajakan teman-temannya untuk dugem ala rumahan dan merokok juga kembali dilakukan. Dan, satu hal yang kembali dilakukan adalah ngebut di jalan raya kota kala sore dan malam hari.
Ada kepercayaan yang tumbuh pada dirinya kalau ngebut bisa membuatnya lupa pada Nur Silvi. Dan, itu dianggap dapat mengobati luka hatinya.
Namun, sejak ia menabrak Rina, nama Tuhan kembali menyusup kerelung hatinya. Ia mulai lagi memikirkan akan rencana Tuhan dibalik tabrakan yang telah membuat ia bertemu dengan Rina.
"Ya Tuhan, aku mesti membawa Rina kemana. Dia sama sekali tidak ingat apa-apa akan dirinya. Tapi, aku tidak mungkin membawanya pulang ke rumah. Bisa-bisa orangtuaku marah besar karena telah membawa anak gadis orang. Dan pasti akan semakin marah jika meraka tahu kalau Rina sudah aku tabrak dan kini hilang pula ingatannya. " (Bersambung..)
Bagian 4:
Dengan gerakan reflek Andi sudah berada persis di samping Rina. Ia bak kekasih sebenarnya reflek pula menggenggam tangan kanan Rina, dan berucap lembut. "Kamu ada dirumah sakit. Dan kamu Rina, pacarku."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H