Mohon tunggu...
Risman Aceh
Risman Aceh Mohon Tunggu... profesional -

Anak Pantai Barat Selatan Aceh. @atjeh01

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sang Pencerah Jadi Penutup Kritik Tahun 2010?

26 September 2010   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika banyak orang kembali membuka lembaran sejarah untuk menemukan sosok teladan untuk menjadi inspirasi maka ada satu pertanda yang harus menjadi alarm bagi kekinian kita yakni betapa kita sedang dilanda krisis kepemimpinan yang sudah akut.

Statemen di atas mendorong kita untuk menempatkan film Sang Pencerah sebagai protes penutup rakyat Indonesia diperjalanan menuju penghujung tahun 2010 ini.

Menariknya, protes penutup rakyat ini dilakukan oleh Hanung Bramantyo dengan cerdas. Tanpa harus berdemo yang kadang membawa petaka, Hanung berhasil menyampaikan inti protes rakyat dan itu dilakukan Hanung dengan meminjam sosok dan sekaligus cara Sang Pencerah itu sendiri, yakni KH Ahmad Dahlan.

Melalui film yang didanai oleh Raam Punjabi ini Hanung sepertinya ingin menyuarakan suara anak bangsa (khususnya dari unsur Muhammaddiyah) yang ingin mengatakan bahwa Indonesia memang belum berubah. Lihatlah apa yang terjadi pada masa kini adalah juga kejadian yang pernah terjadi pada masa lalu sebagaimana yang dialami oleh KH Ahmad Dahlan pada masanya.

Hebatnya, jika KH Ahmad Dahlan bisa menghadapi kondisi kekiniannya dengan solusi Muhammaddiyahnya tapi kondisi kekinian yang kita hadapi belum berhasil dihadapi dengan solusi yang melebihi apa yang sudah dihasilkan oleh KH Ahmad Dahlan.

Sedihnya, jika mencermati pendekatan para tokoh saat ini dalam menghadapi masalah justru lebih mundur dibandingkan dengan pendekatan yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan. Saling tuduh, saling jegal, saling plintir menjadi wajah kepemimpinan saat ini.

Ini pesan utama yang menurut saya ingin disampaikan oleh film Sang Pencerah. Sayangnya, dari tokoh-tokoh yang sudah menonton film ini tidak keluar satu statemen yang menggerakkan dan mengandung nilai-nilai kepemimpinan sebagai pemimpin bangsa saat ini melainkan hanya sekedar memberi nilai angka (Amin Rais), dua jempol (Budiono), siap mendanai (Hatta), dan ungkapan bagus serta kagum.

Mungkin, kita bisa berapologi bahwa apa yang terjadi hari ini yang masih sama dengan kejadian pada masa lalu hanya bagian dari hukum perulangan sejarah saja. Tapi jurus elak ini menjadi tidak elok jika dihadapkan dengan sifat keledai yang kerap jatuh di lubang yang sama. Apa kita mau disamakan dengan keledai? Tentu saja tidak! Perulangan sejarah mestinya memberi pesan indikator bahwa jika kejadian masa lalu masih juga terjadi kembali maka itu pertanda tidak ada yang disebut perubahan pada diri bangsa ini.

Terakhir saya ingin mengatakan bahwa Muhammaddiyah memang pinter menutup rangkaian kritik rakyat dengan meminjam kehebatan sosok sutradara yang juga sukses di film sebelumnya dan Hanung pun saya kira juga menyisakan kritik kepada Muhammaddiyah itu sendiri. Apa kritik untuk organisasi yang kini kembali dipimpin oleh Din Syamsuddin? Hanya Hanung dan Din yang tahu.

Tiga bulan lagi bukan waktu yang lama dan kita akan segera mengucap selamat datang tahun 2011. Semoga akan hadir Sang Pencerah Masa Kini. Mungkinkah ia dari kalangan Muhammaddiyah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun