Setiap perusahaan satu dan perusahaan yang lain kebijakannnya sangat lah berbeda – beda, tergantung bagaimana kebutuhan yang di butuhkan perusahaan tersebut, banyak dar perusahaan – perusahaan yang bergerak dibidang Produksi selalu menerapkan sistem shifting,sedangkan perusahaan yang bergerak di bidang outsourching dan perkantoran mereka menggunakan jadwal office hour dimana sistem kerjanya hanya dari pagi sampai sore contohnya mulai pukul 8 atau 9 pagi sampai jam 4 atau 5 sore
dan pada haru sabtu dan minggu mereka dapat beristirat, sedangnkan yang bekerja dengan sistem shifting mereka bekerja tergantung dengan jadwal shift mereka biasanya sistem shifting ini ada 2 type yaitu shift 2 dan shift 3, dimana shift 2 iu bekerja mulai dari pukul 4 sore hingga pukul 12 malam dan shift 3 mulai dari pukul 12 malam hingga pukul 8 pagi. Bekerja dengan waktu berbeda antara office hour dengan pekerja shifting ini ada kelebihan dan keuntungannya masing – masing,disini saya akan mengupas terlebih dahulu mengenai keuntungan dan kekurangan pekerja shift maupun office hour
yang pertama untuk sistem liburnya lebih menguntungkan office hour tetapi jangan salah ternyata setelah saya mencoba meneliti dari 3 orang yang telah saya wawancarai itu mereka kebanyakan mengaku lebih gampang mengatur liburnya, karena mereka dapat menukar shift dngan temannya asalkan tidak dalam 1 team, kedua, ditinjau dari segi salary kebanyakan pekerja shift 3 mengaku bahwa mereka menerima gaji lebih besar karena mereka ada lemburan dan mendapatan tunjangan shift dari perusahaan mereka.
Nah, ditinjau dari fenomena ini saya tertarik meneliti tentang seseorang yang bekerja dimalam hari yang mana merekamerupakan pekerja yang menggunakan sistem shifting. Saya penasaran sebenarnya seperti apa sistem pekerja shifting tersebut apakah lebih enak sistem kerja office hour atau shifting.
Disini saya Risma Dwi Saputri mahasiswa dari Universias Mercu Buana Jakarta jurusan psikologi, pada hari selasa tanggal 27 September 2016 saya telah melakukan wawancara dimana berdsarkan tema yang saya pilih yaitu “Pekerja Malam”.saya melakukan wawancara dengan beberapa pekerja malam yang ada di JABODETABEK. Pada hari selasa saya mendapatkan 1 Narasumber yang berinisial D.A, D.A merupakan salah satu mahasiswi salah satu perguruan tinggi yang ada di daerah JABODETABEK,D.A merupakan pekerja Shift disalah satu perusahaan yag ada di daerah jakarta yang bergerak di bidang Service Telkom.pada awalnya saya melemparkan beberapa pertanyaan kepada D.A yang sebenranya merujuk kepada penelitian yang saya ingin gali yaitu pekerja malam dan lebih enak mana shift atau office hour?
Menurut narasumber pekerja dengan ara shift malam itu banyak kekurangan dan kelebihannya, dilihat dr kelebihannya dia mengaku sebagai karyawan shift wanita lebih di spesialkan, contohnya saja jika dia masuk shift 2 yang seharusnya ja 12 malam dia baru dapat oulang tetapi diberi keringanan jam 11 sudah boleh pulang. pekerja shift malam itu sebenarnya ia mengaku secara priibadi lebih takut dikarenakan seorang wanita pulang malam – malam apalagi saat ini masih maraknya terjadi pembegalan yang ada di wilyah JABODETABEK, setelah itu dia telah memberikan keterangan bahwasannya menurut D.A lebih enak bekerj dengan sistem office hour
Narasumber ke 2 adalah saya telah mewawancarai pekerja malam dimana dia merupakan seorang pekerja disalah satu perguruan tinggi sebut saja IR. IR ini merupakan pekerja yang sistem kerjanya shifting disini IR berusia kurang lebih 38 tahunan dimana ia lebih berpengalaman kerja dibandingnkan si D.A.IR merupakan supervisior dari petugas parkir disalah satu perguruan tinggi swasta yanng ada dijakarta. menurut si IR bekerja dengan shift sangatlah menyenangkan karena dia mengaku lebih suka dengan bekerja dilapangan,
IR memberikan penjelasan bahwa bekerja dangan shift ini merupakan hal yang menyenangkan di samping dia bisa tukar shift dengan karyawan lainnya dia juga lebih agak santai sebagai seorang supervisior, menurut pengalaman dia bekerja dengan office hour adalah hal yang sangat membosankan karena dia hanya berhadapan dengan komputer setiap harinya. Tetapi pada saat saya mewawancarai IR dia lebih menceritakan tentang apa saja yang ia kerjakan.
Narasumber ke 3, disini saya mewawancarai seorang Ibu – ibu yang bekerja sebagai pedagang disuatu tempat pembelanjaan kota yang bukanya 24 jam. Dimana ia mengaku bahwa bekerja shift sangatlah menguras tenaga karena menurut dia bekerja dimalam hari lebih lelah dibandingkan dengan siang hari, menurut ibu ini juga bekerja office hour juga banyak meluagkan waktu denga keluarga jiak liburan tiba. Dan menurut ibu ini dia lebih menyukai bekerja dengan office hour daripada bekerja dengan shift.
Dari ketiga narasumber tersebut saya memilih menganalisa dengan teori Psikoanalisa disini adalah teori dari freud, alasan teori ini saya pakai adalah agar dapat menelaah tingkah laku sosial dengan pendapat – pendapat yang ia berikan, freud juga menjelaskan bahwa terdapat pertentangan – pertentangan antara pemuasan keinginan dengan kebutuhan- kebutuhan individual, di teori ini kita dapat menganalisis berdasarkan tahapan – tahapan, dimana tahapan teori sigmun freud ada 5 yaitu tahap oral, tahap anal,tahap phalic,tahap laten dan tahap genital,
dari 3 narasumber yang telah saya wawancarai dapat di jelaskan bahwa D.A merupakan seorang individu yang berada didalam tahapan genital dimana secara psikologis ia mempunyai pemikiran – pemikiran yang sudah dapat dikatakan dewasa, didalam teori freud ini ada 3 sistem kepribadian dalam psikoanalisa yaitu dari ID,EGO dan SUPER EGO, dimana ID adalah Sumber dari energi psikis, sedangkan Ego bergua untuk menghadapi realitas dan menerjemahkan ID.
Sedangkan SUPER EGO adalah sistem moral dan kepribadian atau kekuatan moral dari personalitas. DA lebih cenderung menggunakan EGO nya dibandingkan ID nya dikarenakan DA ini cenderung ingin Resign untuk mendapatkan pekerjaan yang menggunakan sistem kerja office hour. Sedangkan IR lebih cenderung ke ID ny dikarenakan dia lebih nyaman dan lebih menikmati pekerjaan yang ia tekuni selama kurang lebih 5 tahun tersebut. Jika narasumber ketiga yaitu Ibu – Ibu ini lebih cenderung ke EGO nya juga karena menurut wawancara yang telah saya lakukan jawaban dari D.A dan Ibu – ibu ini relatif sama.
Dapat disimpulkan bahwasannya sistem kerja malam ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya sama halnya dengan office hour. Tetapi menurut survey peminatan office hour lebih banyak dari pada bekerja dengan sistem shift.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H