Mohon tunggu...
Risma Dian Fatya
Risma Dian Fatya Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Hai, namaku Risma Dian Fatya, kerap disapa dengan nama Tya. Seorang pelajar yang senang belajar teknologi dan juga menulis. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Games

Mengenal Monetisasi dalam Gim Mobile

29 September 2023   22:44 Diperbarui: 30 September 2023   07:31 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:  unsplash.com/dispandu

Negara Indonesia memiliki pasar gim mobile yang sangat besar, berdasarkan dari data.ai yang telah merilis State of Mobile 2023 Gaming Report, Indonesia menduduki urutan ketiga untuk pasar gim Android dengan jumlah unduhan gim sebanyak 3,374 miliar. Seiring dengan berkembangnya gim mobile saat ini, monetisasi menjadi hal yang penting bagi para pengembang gim.  

Monetisasi gim mobile yang efektif menjadikan pengembang gim memperoleh lebih banyak pendapatan dari aplikasi gim yang telah dibuat. Dua aspek terpenting yang harus dipertimbangkan pengembang sebelum memulai pengembangan gim mobile adalah bagaimana cara memonetisasinya dan memilih model mana yang akan diterapkan. Perencanaan dan integrasi strategi monetisasi sejak awal harus menjadi prioritas utama saat pengembang merancang monetisasi dalam gim.

Sejarah Perkembangan dari Gim Mobile di Dunia

Pada tahun 1993, IBM dan BellSouth bekerjasama untuk menciptakan sebuah proyek dan menghasilkan sebuah ponsel yang diberi nama Simon Personal Communicator. Lalu kemudian smartphone ini masuk ke pasaran pada tahun 1994. Dari hasil kerjasama IBM dengan BellSouth inilah awal dari lahirnya gim mobile pertama di dunia yaitu ‘Scramble’. Sekilas tentang gim ini yakni gim puzzle yang dimana pemain mengharuskan menyusun potongan-potongan puzzle, hingga membentuk sebuah gambar.

Kemudian pada tahun 2000, Nokia lalu meluncurkan ‘Snake’ yang menjadi salah satu gim mobile lawas yang masih diingat sampai saat ini. Dari Snake inilah kemudian gim mobile mulai banyak bermunculan, dengan gameplay yang beragam. Gim mobile semakin berkembang ketika Sistem Operasi (OS) yang bernama Symbian muncul di pasaran, OS ini memiliki kelebihan yakni kestabilannya yang apik saat menjalankan gim.

Sekitar tahun 2013 – 2015 merupakan puncak kejayaan gim mobile. Karena pada masa-masa tersebut sudah makin banyak bermunculan gim-gim yang berkualitas tinggi serta grafis HD, dengan mengusung konsep dan juga gameplay yang beragam. Era ini juga merupakan munculnya gim ‘Clash of Clans’ yang menjadi gim yang banyak diminati saat itu. 

Tahun 2015 hingga berlanjut, gim-gim berbagai genre sudah semakin banyak yang muncul. Grafis yang ditampilkan pun  luar biasa, dengan didukung juga oleh smartphone dengan teknologi yang terbaru. Tentu saja, tidak ketinggalan juga gim-gim MOBA yang “dipelopori” oleh ‘Mobile Legends: Bang Bang’ yang menjadi khas pada era ini.

Mengenal Monetisasi dalam Gim

Dikutip dari Investopedia, arti monetisasi sendiri merupakan proses untuk mengubah segala sesuatu dari yang tidak menghasilkan pendapatan menjadi menghasilkan pendapatan berupa uang. Sedangkan monetisasi gim yakni metode yang digunakan gim mobile untuk memperoleh pendapatan. Dalam pelaksanaannya tidak semudah yang dibayangkan, karena akan membutuhkan lebih banyak perencanaan. Oleh karena itu, penting untuk para pengembang mempertimbangkan model monetisasi saat mengembangkan gim.

Model Monetisasi dalam Gim

1. Iklan dalam Gim

Beberapa gim casual dan hyper-casual sering dijumpai iklan, hal ini biasanya para pemain gim tersebut cenderung tidak bersedia mengeluarkan uang untuk berlangganan atau konten dalam aplikasi gim. Adapun 2 jenis iklan dalam gim yakni diantaranya:

A. Iklan Berhadiah,  memberikan kompensasi kepada pemain untuk berinteraksi dengan iklan guna mendapatkan sesuatu dalam gim (contohnya nyawa ekstra, konten eksklusif, dll.)

Dokpri
Dokpri

Misalnya pada gim ‘Brain Out’, gim ini menerapkan iklan video yang berhadiah hint (petunjuk)  jika pemain sudah tidak bisa atau buntu dalam menjawab tebakan dalam gim.


B. Iklan yang Dapat Dimainkan, menawarkan pemain versi permainan yang disederhanakan untuk dicoba sebelum membelinya. Menurut pendapat para profesional biro iklan di Amerika bahwa iklan yang dapat dimainkan adalah format iklan dalam aplikasi yang paling efektif.

Dokpri
Dokpri


2. Gim Gratis Premium (Freemium)

Model monetisasi ini adalah pemain dapat mengunduh dan memainkan game tersebut secara gratis. Namun, pemain juga dapat melakukan pembelian dalam aplikasi gim contohnya untuk mendapatkan akses ke konten eksklusif, memperoleh lebih banyak nyawa, melewati level, atau keuntungan lainnya. 

Dokpri
Dokpri

‘Mobile Legends: Bang Bang’ merupakan salah satu gim yang menerapkan mode monetisasi Freemium, pemain dapat memainkan gim ini dengan gratis tanpa membeli item eksklusif  tetapi pemain juga dapat mengakses item yang lebih eksklusif seperti skin, diamond, dan lainnya dengan melakukan pembelian dalam aplikasi. 


3. Gim Berbayar (Paid)

Ide di balik game berbayar sangat sederhana yakni pemain harus membeli gim tersebut. Dalam konteks mobile, pemain membayar untuk mengunduh gim ke ponsel mereka. Misal untuk mengunduh gim ‘LIMBO’ pemain harus membayar sejumlah Rp. 66.000,00 sebelum mengakses gim tersebut.

Dokpri
Dokpri

4. Gim Berlangganan (Subscription)

Gim yang menerapkan model ini mengharuskan pengguna membayar untuk mengakses konten eksklusif. Terdiri dari dua macam subscription:

1. Langganan Diperpanjang Secara Otomatis, Model monetisasi game ini dapat digunakan untuk membuka paket yang berbeda (misalnya, Dasar, Menengah, Master) dalam jangka waktu tertentu. Langganan yang diperpanjang secara otomatis setelah waktu yang ditentukan, pemain dapat mendapatkan pemberitahuan sebelum atau setelah perpanjangan.

2. Langganan Tidak Diperpanjang, Berbeda dengan langganan yang diperpanjang secara otomatis, langganan yang tidak diperpanjang mengharuskan pemain untuk memperbarui sendiri langganannya di akhir setiap siklus berlangganan.


Tujuan dengan adanya monetisasi dalam gim tentunya akan menghasilkan pendapatan bagi pembuat atau pengembang gim, sehingga mereka dapat membiayai pengembangan serta pemeliharaan gim lebih lanjut. Pada saat yang sama, pengembang gim juga harus mempertimbangkan pengalaman pemain agar tetap adil dan menghibur. Monetisasi yang berlebihan atau tidak adil dapat mengakibatkan banyak kerugian salah satunya merusak reputasi gim itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun