Â
Pada tahun 2020, muncul suatu varian virus yang bernama Coronavirus-19 atau sering disebut sebagai Covid-19. Virus Covid-19 memiliki penyebaran yang sangat cepat di dunia, dari awal mula terjadinya kasus di daerah Wuhan China. Virus Covid-19 menyebabkan dunia dilanda Pandemi, negara-negara di dunia mulai menerapkan sistem Lockdown demi membatasi persebaran virus Covid-19 yang semakin masif. Orang-orang pada tahun itu berjuang demi  melawan virus Covid-19, salah satu peran yang sangat sentral dan paling beresiko adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan harus berjuang langsung menghadapi pasien yang terjangkit Covid-19 dengan nyawa taruhannya. Sungguh perjuangan yang mulia bagi para tenaga kesehatan, kita do'akan semoga Nakes yang meninggal dunia ditempatkan di tempat terbaik di sisi Tuhan. Namun, apakah kalian tahu cikal bakal dari ilmu medis yang ada sekarang?. Ternyata penemu ilmu medis pertama adalah seorang ulama beragama Islam yang bernama Ibnu Sina loh, bagaimanakah sejarah ilmu medis pada masa Ibnu Sina?.
Ibnu Sina berrnama lengkap Al-Husain bin Abdullah bin Al-Hasan bin Ali bin Sina atau dikenal dengan Avicenna, lahir pada tahun 370 H/ 980 M. Beliau lahir di Kampung Afshana- Bukhara, Turkistan. Beliau dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Sitareh dari Afshana dan ayahnya bernama Abdullah dari Balkh seorang gubernur pada masa kerajaan Samaniyah. Pada usia lima tahun Ibnu Sina mempelajari Al-Qur'an dilanjutkan hingga usia ke-10 tahun mempelajari Tafsir, Fiqih, Ushuluddin dan sebagainya. Pada saat itu, usia Ibnu Sina yang belum genap 10 tahun telah menghafal Al-Qur'an dan pada usia 16 tahun Ibnu Sina dikenal sebagai ahli pengobatan.
Ibnu Sina terkenal sebagai "Bapak Pengobatan Modern" karyanya yang terkenal adalah al- Qanun fi al-Thib yang merupakan rujukan dalam dunia kedokteran selama berabad-abad ini. Bukunya Al-Qanun fi Al-Thib yang menjadi buku pedoman kedokteran merupakan karyanya yang terluas dipergunakan oleh kalangan kedokteran baik di dunia Islam maupun di Eropa. Buku tersebut diterbitkan dalam terjemahan latin. Bahkan, buku aslinya yaitu dalam bahasa Arab yang dicetak di Roma pada tahun 1593 M. Pada abad ke-16, buku tersebut memiliki pengaruh yang luar biasa dalam dunia kedokteran hingga masih dipergunakann pada abad ke-19. Buku tersebut menunjukkan mengenai pengetahuan anatomi.
Natsir Arsyad menyebutkan bahwa buku Qanun milik Ibnu Sina sejak zaman Dinasti Han di Cina telah menjadi buku pedoman karya-karya medis Cina. Pada abad pertengahan, banyak karya Ibnu Sina yang telah diterjemahlan kedalam bahasa Latin dan Ibrani, merupakan bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan pada masa itu. Buku Qanun dianggap sebagai buku sucinya ilmu pengetahuan yang menjadi pedoman yang telah banyak diterjemahkan. Bahkan, buku tersebut telah menguasasi dunia pengobatan di Eropa selama kurang lebih 500 tahun. Qanun hasil karya Ibnu Sina yang menjadi buku pedoman bidang kedokteran juga digunakan sebagai buku tes kedokteran di berbagai universitas yaitu di Prancis, misalnya Sekolah Tinggi kedokteran Montpellier dan Louvain pada abad ke-17.
Buku Qanun itu sendiri memiliki lima bagian poko yang penting:
Prinsip-prinsip umum kedokteran yang meliputi filsafat kedokteran, anatomi, fisiologi, pemeliharaan kesehatan (higienis) dan penangan penyakit-penyakit
Obat-obatan yang sederhana
Gangguan-gangguan organ dalam dan luar tubuh
Beragam penyakit yang memengaruhi tubuh secara umum, tidak terbatas pada satu organ tubuh dan
Obat-obatan persenyawaan kompleks (Nasr, 1976: 178-79)