Mohon tunggu...
Islamiyah. B
Islamiyah. B Mohon Tunggu... -

mau jadi penulis yang tulisannya bermanfaat untuk banyak orang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melihat dan Menangani Cinta dengan Psikolog Islam

6 Agustus 2011   06:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika kau terpikat cinta, Islamikanlah dia. Ketika sayapnya merengkuhmu, serahkanlah dia pada Al-Qur'an. Jadikanlah virus yang tersembunyi di balik sayapnya dan vaksin di hatimu. Seumpama kita sesak napas terdekap olehnya, Al-Qur'an akan melapangkan kita, hingga kita menjadi sabar dan tegar. Dan kemudian, Allah akan menyinari pelayaran cinta kita dengan cahayaNYA, hingga kita siap menjadi penyelam suci yang memancarkan kekudusan Alah." (^_^, ........ lebay banget ya.... :) Demikianlah susunan kata perkata  yang tanpa sadar tertulis subuh 5 Agustus 2011 dalam my diary setelah menangis semalam mengingat MATAHARIKU yang saat ini telah meninggalkanku secara sepihak. Kita tidak pernah mengerti, bagaimana cinta bisa hadir dalam diri. Cinta serasa datang egitu saja, tanpa aba-aba, tanpa rencana matang, lantas dengan polos cinta mengetuk pintu hati kita memberi kabar yang membuat kita kelu tak tentu arah. Namun, makana cinta yang tersimpul dari kajian psikologi selama ini, telah menghadapkan kita pada dua jalan : jalan kedewasaan ataupun gairah, serasa tidak ada Islam di dalamnya. Karena itu Freud (terkenal dgn Sigmun Freud - Bapak Psikoanalisis) pernah berujar bahwa libido adalah roda yang menggerakkan jati diri. Selain itu, dengan triangular of love-nya Sternberg (Psikolog) pun mengalami benturan. Rasa-rasanya Triangular of Love ala J. Sternberg belum mampu menjelaskan konsep cinta antara anak dan orangtuanya, adik dan kakaknya. Sebab pada esensinya konsep cinta sternberg mengacu kepada cinta terhadap pasangan dan komitmen mempertahankannya, belumlah menyertakan makna keislaman yang mendalam. Apakah ada penjelasan cinta komperhensif dan bisa dibaca dari sehala arah bagi kita sebagai umat muslim? Untunglah aku mendapatkan penjelasan dari seorang Ustadz yang mana adalah kakak senior di masjid kompleks rumahku yg notabene Bapaknya adalah seorang kiayi kondang Ketua MUI SulSel...menjelaskan kata Cinta dalam Al-Qur'an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah), keduanya memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, menyayangi. Sebagaimana dalam QS Ali Imran : 14 " Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa2 yang diingini, yaitu : wanita2,anak2, harta yg banyak dari jenis emas,perak, kuda pilihan, binatang2 ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga)." Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana. Sedangkan Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia, ini merujuk pada QS Maryam : 96 (hehehehe cari sendiri ya.... :) ). Jadi dijelaskan dalam fil gharibil Qur'an bahwa Hubb sebuah cinta yang meluap-luap, brgejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan2 dan tidak akan teraih oleh manusia kecuali Alah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cintaNYA kepada hamba yang dikehendakiNYA. Allah yg akan mempersatukan hati mereka. Oleh karena itu teraihnya cinta-wudda pada pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut. Cinta inilah yang tidak akan luntur sampai di hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya. Cinta atas nama Allah, mencintai sesuatu/seseorang demi dan untuk Allah. Kita mungkin pernah sama2 merasakan ada suatu fase dalam hidup kita saat dimana pikiran, hati, kaki, tangan, dan jiwa kita ditentukan oleh cinta, bagaimana segala kebahagiaan itu ditentukan dari kesuksesan cinta dalam balutan standar manusia. Pada konten ini kemudian cinta berubah menjadi sayembara yang kerap melontarkan kata-kata penjara jiwa seperti "Hidupku akan mati jika diputus oleh kekasih" atau Kita tidak bisa hidup tanpa kekasih". Sedangkan, remaja kerap berkata "jika mempunyai kekasih, belajar akan lebih termotivasi". Malah bisa jadi ada sumpah serapah yang terlontar kepada laki2 atau perempuan yang telah mengkhianati cinta. Teringat kembali kata teman smu ku yg bilang "Mi'...pacaran adalah keniscayaan untuk merasakan cinta, lo harus coba kalau emang mau paham cinta". Ketika kita mulai menjajakan cinta dan pada akhirnya kita gantungkan harapan cinta itu kepada manusia, pasti yang ada kekecewaan, karena kemampuan manusia terbatas. Manusia tdk bisa memastikan, ia tidak bisa menjadi penentu pasti, manusia tetaplah manusia denga segala kelemahannya, karena pada kenyataannya Allah telah menggariskan kemampaun manusia jauh sebelum bumi ini hadir. Problematika cinta manusia, sudah jauh dilukiskan dengan baik oleh Ibnu Qayyim. Dikaji mendalam oleh Imam Ghazali, dan mundur ke belakang di tulis dengan amat menyentuh oleh Ibnu Taimiyyah. Tentu kapasitas penulis teramat jauh dengan kemampuan ulama besar itu yang kadang kalau ada waktu kerap penulis kaji dan diskusikan di sebuah masjid kompleks rumah. ^_^, Ada banyak varian dari timbulnya problematika cinta, salah satunya bagaimana kita salah mengelola Qolbu dalam cinta. Qolbu adalah wilayah yang urgent dalam kehidupan, hingga Rasulullah SAW pernah mengeluarkan hadistnya yang menyentu. "Ketahuilah sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah. Jika ia baik seluruh jasad akan baik pula. Jika ia rusak maka seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah Qolbu." Banyaknya manusia yang terpuruk dalam cinta dan dikuasai hawa nafsu tak lepas karena kita mengingkari kesucian qolbu, hati, dan nilai2 fitrah dalam diri. Hehehe....mungkin aku sudah termasuk didalamnya, Astaghfirullah.... Saudaraku, percayalah hati yang cemas, kikir, gelisah, kotor dan merasa lelah menjalani hidup dikarenakan kita sudah meletakkan standar2 duniawi sebagai syarat kebahagiaan hakiki.  Kalau kita mau jujur saja, secara hakiki kesemua itu malah jauh dari sumber kebahagiaan yang sebenarnya, yakni ketenangan batin bagaimana kita selalu dekat dengan Allah. Saudaraku, Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu pernah berkata bahwa "tidak sempurna keselamatan qalbu seorang hamba melainkan setelah selamat dari 5 perkara : syirik yg menetang tauhid bid'ah, yg menyelisihi As-Sunnah, syahwat yg menyelisihi perintah kelalaian, yg menyelisihi dzikir dan hawa nafsu, yang menyelisihi ikhlas."  Saudaraku, salah satu  kunci kenyamanan hidup dimulai dari bagaimana kita mampu membangun suasana hati. Jika hati kita ikhlas dan bersih dengan penuh ketawadhuan, sesuatu yang kita pandang hina jadi sedemikian mulia, yang tadinya kita pandang kurang ternyata teramat cukup, sesuatu yang kita lihat kecil dan tak berdaya berubah jadi besar dan sangat penuh makna, dan apa yang kita lihat sedikit, dan ternyata terlampau banyak. Dan itu di mulai dari hati. Jika tidak itu kembali kepada diri pribadi, apakah kita masih ingin bertahan lama pada topeng2 yang khusus diciptakan Allah untuk menguji keimanan kita. Demi hidup yang digenggam olehNYA, percayalah itu kembali kepada kita. ........bagaimana ku jelaskan cinta karena itu tak dapat dijabarkan sesuatu yang indah terlahir dari rasa dan rasa itu karunia Ilahi........ Just info nich..... tulisan ini aku hadirkan karena aku tak kuasa membendung rinduku kepada seseorang yang telah pergi meninggalkanku tanpa sesuatu yang tidak jelas alasannya. Dengan share tulisan ini aku bisa sedikit lega.... :) Aku mencintainya karena Allah, kalaupun nantinya harus pisah InsyaAllah juga karena Allah. aamiin ya Rabb 06/8/2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun