Mohon tunggu...
Muhammad Risky Hamzar
Muhammad Risky Hamzar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Indonesia, Anak Bapak dan Ibu, Putra Ibu pertiwi ,benci kesewenang-wenangan!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahasiswa Anti Provokasi

27 Maret 2012   12:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:24 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahan bakar minyak merupakan elemen penting dalam menunjang setiap aktivitas masyarakat. Itulah salah satu sebab kenaikan harga BBM sering diikuti dengan naiknya harga kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat. Rencana kenaikan BBM bersubsidi pada 1 April pun menjadi sebuah kontroversi karena hal ini. Dengan alasan subsidi yang salah sasaran .Pemerintah merasa perlu menaikkan harga, agar terjadi pemerataan ekonomi. Ditunjang dengan Bantuan Langsung Tunai Mandiri sebesar 150 ribu/Kepala Keluarga slama sebulan,

Pemerintah menganggap menaikkan BBM adalah solusi yang pas dalam menyikapi naiknya harga minyak dunia. Walaupun banyak pakar menganggap bahwa Indonesia tidak peru mengikuti patokan harga yang dipakem oleh Amerika. Pemerintah tetap ngotot untuk menaikkan harga BBM. Sampai terakhir , terbuka jelas bahwa keuntungan sebesar 97  Triliun rupiah hasil menaikkan BBM. Dan RAPBN pun tidak jebol seperti kata pembela dan penjilat penguasa.

Saya bukan mahasiswa ekonomi yang paham tentang hitung-hitungan matematis dari seribu satu alasan kenaikan BBM. Hanya saja, saya merasa pemerintah terlalu banyak mencari alasan, yang ujung-ujungnya BOHONG terhadap rakyat. Pemerintah tak perlu banyak membela diri. Jika memang sudah banyak bukti bahwa kenaikan BBM berbanding lurus dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat dan perbaikan infrastruktur di berbagai tempat. Isu ini menjadi besar ,karena selama dua periode kepemimpinan SBY, keadaan justru makin buruk. Utang yang semakin menumpuk yang tak tahu mau dibayar dengan apa, psikologis masyarakat yang rusak karena lemahnya mental pemimpin, ditambah dengan semakin jauhnya pemimpin dengan rakyat.

Mobilisasi massa yang berujung dengan kerusuhan tak usah dicibir. meeka yang turun di jalan tak mau bertahan dalam kejenuhan sosial yang bisa merusak generasi ini 5 tahun kedepan. Para revolusioner selalu dicibir penguasa, tentunya karena mereka dianggap bisa merusak strategi penguasa mencuci otak rakyat dengan janji-janji manis dan omongan gombal. Mahasiswa anti provokasi dan siap berdiri di garda terdepan untuk merubah nasib para rakyat kecil yang bahkan untuk makanpun mereka susah.

Rakyat bukan pengemis yang bisa disuap dengan duit lalu diam. Pemerintah harus menjadikan rakyat terhormat dengan memberikan pekerjaan dan meningkatkan daya beli dengan menurunkan harga ,sehingga meningkatkan daya beli masyarakat.

Jangan berhenti berjuang.
Runtuhkan tiang kesombongan penguasa.
jangan takut , perubahan akan segera datang

Lebih baik diasingkan daripada menyerah padakemunafikan -GIE

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun