Mohon tunggu...
Risky Ardiansyah
Risky Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Hobi saya berolahraga dan membuat konten di sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Etika Komunikasi Generasi Z sebagai Digital Native

14 Juni 2024   17:00 Diperbarui: 14 Juni 2024   17:02 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era digital saat ini, komunikasi menjadi bagian tidak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari. Etika komunikasi memainkan peran penting dalam membangun hubungan yang sehat dan efektif, terutama bagi Generasi Z yang tumbuh di era kemajuan teknologi. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip dasar etika komunikasi dan memahami karakteristik Generasi Z, kita dapat menciptakan interaksi yang lebih positif dan produktif.

Pentingnya Etika Komunikasi sebagai Generasi Z

Etika komunikasi melibatkan penerapan prinsip-prinsip seperti kejujuran, keterbukaan, konsistensi, empati, dan menghormati privasi. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, kemampuan untuk berkomunikasi secara etis bukan hanya menjadi keharusan, tetapi juga menjadi dasar untuk membentuk masyarakat yang lebih baik dan harmonis. Mengikuti etika komunikasi akan meningkatkan kualitas interaksi kita dan membantu menciptakan lingkungan yang saling menghormati.

Generasi Z (Gen Z) adalah kelompok yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010-an, dikenal sebagai generasi yang sangat mahir dalam teknologi. Mereka tumbuh di era internet dan gadget, menjadikan mereka terbiasa dengan interaksi online dan pencarian informasi cepat. Keunggulan teknologi yang mereka miliki tidak hanya sebatas penggunaan perangkat keras seperti smartphone dan komputer, tetapi juga mencakup kemampuan untuk memanfaatkan berbagai platform digital, media sosial, dan aplikasi untuk berbagai keperluan, mulai dari pendidikan hingga hiburan.

Berbeda dari generasi sebelumnya, Gen Z hidup dalam budaya instan dan sering melakukan multitasking. Mereka mampu mengelola beberapa tugas sekaligus, seperti belajar sambil mendengarkan musik atau berkomunikasi melalui beberapa aplikasi chatting secara bersamaan. Budaya instan ini, didukung oleh akses cepat ke informasi dan layanan, membentuk cara berpikir dan kebiasaan mereka.

Namun, meski mereka terbiasa dengan teknologi, mereka masih memerlukan keterampilan kritis untuk menyaring informasi yang benar di tengah banjir data. Internet memberikan akses ke sejumlah besar informasi, tetapi tidak semuanya akurat atau bermanfaat. Maka dari itu, penting bagi Gen Z untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan untuk mengevaluasi sumber informasi, memverifikasi fakta, dan mengenali bias atau kepalsuan dalam berita.

Dalam konteks pendidikan, guru dan pendidik juga perlu menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk memenuhi kebutuhan dan gaya belajar Gen Z. Menggunakan teknologi dalam pengajaran, seperti menggunakan platform e-learning dan alat digital interaktif, dapat membantu memotivasi dan melibatkan mereka dalam proses belajar. Namun, penting juga untuk mengajarkan mereka tentang etika digital dan tanggung jawab dalam menggunakan teknologi.

Tantangan yang Dihadapi dan Saran Kepada Generasi Z

 

Marc Prensky pada tahun 2001 pertama kali memperkenalkan istilah "digital native" untuk mendeskripsikan generasi yang dibesarkan dengan teknologi digital. Generasi digital native tidak dapat terlepas dari teknologi dan menganggap teknologi digital sebagai bagian penting dari kehidupan mereka. Mereka cenderung merasa cemas jika tidak terhubung dengan internet dan lebih nyaman saat terkoneksi. Generasi ini menginginkan segala sesuatu secara instan dan memiliki akses tak terbatas terhadap ponsel dan laptop.

Meskipun konsep ini dikritik oleh Selwyn pada tahun 2009 sebagai berlebihan dan tidak selalu didukung bukti empiris, konsep ini tetap membantu memahami perilaku generasi muda dalam konteks pendidikan dan komunikasi. Generasi digital native menikmati lingkungan online, kolaborasi jaringan, multitasking, dan proses kerja paralel. Mereka lebih menyukai gambar interaktif dibanding teks, bekerja seperti bermain game, dan mengharapkan penghargaan instan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun