***
Semenjak kejadian itu, hubungan rumah tangganya semakin renggang. Aktifitas mereka kembali seperti biasanya. Ardi yang mengajar di salah satu kampus swasta terbaik di Jakarta saban hari berangkat pukul enam pagi dan pulang pukul lima sore. Sementara istrinya yang bekerja sebagai penyiar radio Prambons di Jakarta pusat, ia habiskan malam untuk bekerja, berangkat antara jam lima sore sampai pulang larut pagi. Mereka sadar, bahwa hubungannya dalam rumah tangga sudah di ambang batas. Mereka sama-sama tau, bahwa cinta di antara mereka sudah mulai reda. Komunikasi di antara mereka tak pernah sampai. Memendam perasaan sendiri seakan kejadian tak ada apa-apa diantara mereka. Pikiran mereka selalu di selimuti positif thinking, merasa hubungan baik-baik saja. Nyatanya, dalam satu rumah, mereka seperti warga asing yang kesasar jatuh di lubang yang sama. Dua tahun pernikahan Ardi dengan istrinya, satu tahun mereka habiskan untuk memilih diam dalam kepura-puraan.
      Ardi yang memiliki keunikan dalam komunikasi bersama benda-benda mati yang ada di dalam rumahnya, ia habiskan waktunya untuk melampiaskan perasaanya ketika sepulang dari kerjanya. Menyampaikan keresahannya, bersedih secukupnya, bahwa keadaannya sedang tidak baik-baik saja.