Fashion selalu berganti mode dengan cepat dan digandrungi oleh banyak orang. Fashion memiliki banyak peminat terkhususnya para khalayak muda yang selalu ingin terlihat trendi. Biasanya yang mempopulerkan suatu fashion adalah para trendsetter yang dijadikan patokan sebuah mode telah berganti. Selain itu, karena pakaian merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Namun, bagaimana jika hal ini malah menimbulkan suatu masalah lingkungan?
Fast fashion merupakan pakaian yang diproduksi secara massal dan harganya relatif murah. Siapa yang tidak suka dengan barang murah dan menjadi tren? Hal inilah yang mmenyebabkan fast fashion memiliki banyak konsumen sehingga laku keras dipasaran. Para konsumen cenderung mengikuti para trendsetter yang mempopulerkan mode pakaian sehingga para konsumen tertarik dan membelinya tanpa memikirkan dampaknya. Hal ini biasanya berawal dari media sosial yang menjadi wadah para trendsetter untuk mempopulerkan mode fashion kekinian. Karena di era sekarang merupakan era digital maka para konsumen mudah mengakses hal tersebut. Oleh karena itu, para konsumen semakin mudah untuk terdistraksi.
Industri fast fashion sudah banyak menyebar di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Padahal orang-orang di seluruh dunia sedang mengampanyekan SDGs (Sustainable Development Goals), namun malah banyak industri pakaian yang lebih memilih memproduksi fast fashion. Fast fashion memiliki karakteristik, yaitu selalu mengikuti tren dan mudah berganti dari waktu ke waktu. Selain itu, fast fashion dijual dengan harga yang relatif murah. Karena bahan baku produksi  fast fashion sendiri lebih memilih menggunakan bahan baku murah. Dengan adanya bahan yang murah otomatis sifat sintetis dari bahan tersebut lebih banyak daripada bahan yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, fast fashion tidak bisa dipakai dengan jangka panjang karena mudah rusak. Para pekerja industri fast fashion khususnya di Asia, umumnya mendapatkan upah minimum dan tanpa jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
Dampak Fast Fashion
Tren fast fashion termasuk ke dalam gaya hidup konsumtif. Sikap konsumtif konsumen inilah yang menyebabkan keinginan untuk membeli pakaian terus-menerus padahal pakaian yang sebelumnya belum sempat dipakai. Sehingga para konsumen banyak yang membuang pakaian. Hal ini menimbulkan penumpukan sampah atau limbah sintetis. Sampah tersebut umumnya hanya bisa di daur ulang dengan persentase sedikit dan yang lainnya dibakar. Dari pembakaran sampah atau limbah pakaian akan menimbulkan polusi udara sehingga berdampak pada masalah kesehatan manusia.
Industri fast fashion biasanya memproduksi pakaian dari bahan poliester yang merupakan bahan sintetis. Karena poliester tergolong dalam bahan yang murah. Hal inilah yang menyebabkan industri fashion umumnya memakai poliester ketimbang bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Biasanya limbah sintetis umumnya di buang ke perairan. Meskipun limbahnya sudah diolah sebelum dibuang lepas ke perairan tetap saja limbah tersebut masih mengandung komponen mikroplastik yang berbahaya. Oleh karena itu, limbah sintetis ini menjadi akar dari permasalahan mikroplastik yang mencemari laut.
Produksi fast fashion membutuhkan kapasitas air dengan jumlah banyak. Hal ini menimbulkan ketergantungan air, karena umumnya bahan baku yang digunakan oleh industri fast fashion berasal dari serat katun. Air yang digunakan untuk mencuci bahan baku sintetis ini akan menghasilkan limbah logam yang berbahaya bagi keberlangsungan hidup organisme laut. Maka dari itu, para industri fast fashion harus memiliki upaya untuk mengolah limbah sebelum dibuang lepas ke perairan.
Sustainable Fashion
Fast fashion memang menjadi pilihan untuk dijadikan tren berbusana. Namun apa salahnya untuk berganti ke produk yang lebih ramah lingkungan, misalnya sustainable fashion. Sustainable fashion adalah suatu pakaian yang dapat digunakan dalam kondisi apa pun tanpa mematok pada tren. Namun, proses produksi sustainable fashion lebih memakan waktu daripada fast fashion. Meskipun begitu, sustainable fashion adalah pakaian dengan bahan baku yang ramah lingkungan. Dengan adanya produk ramah lingkungan ini, akan meminimalisir produksi limbah sintetis. Sustainable fashion mudah untuk didaur ulang, karena berasal dari bahan alam berupa serat alami yang rendah karbon. Selain itu, produksi dari pakaian jenis ini rendah ketergantungan air.
Sustainable fashion mengubah pola pandangan kita terhadap pakaian. Pakaian tidak perlu sesuai tren, pakaian yang nyaman lebih baik untuk melindungi tubuh. Dengan adanya sustainable fashion akan mendorong kesadaran konsumen, agar memilih pakaian yang ramah lingkungan supaya lingkungan tetap terjaga. Selain itu dengan memilih pakaian jenis ini, maka kita sudah mengampanyekan SDGs (Sustainable Development Goals). Namun untuk memilih produk sustainable fashion, juga perlu pertimbangan bagi para generasi muda. Dikarenakan sustainable fashion mematok harga yang lebih mahal dibandingkan dengan fast fashion.
Solusi Permasalahan Fast Fashion
Pada akhirnya, diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan fast fashion. Untuk mengatasi  hal tersebut perlu adanya korelasi tanggungjawab antara produsen industri pakaian dengan konsumen. Memang tidak mudah, namun hal tersebut dapat dilakukan secara bertahap. Beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan fast fashion diantaranya adalah:
*Meminimalisir pembelian pakaian
Pola hidup konsumtif terhadap pakaian memang sulit dihindari jika sudah terbiasa. Namun hal ini tetap dapat dilakukan dengan mengurangi tontonan media sosial dengan konten yang berisi pembelian pakaian kekinian. Dengan hal ini, kemungkinan dapat meminimalisir keinginan untuk membeli pakaian hanya karena sedang tren.
*Memiliki kesadaran diri terhadap lingkungan
Dengan kita sadar terhadap kondisi lingkungan, kita akan mengurangi pembelian pakaian fast fashion dengan bahan baku yang tidak ramah lingkungan. Karena fast fashion hanya bisa di daur ulang dengan persentase yang sedikit. Lalu sisanya akan dibakar sehingga menyebabkan polusi udara. Dengan kita sadar akan kondisi lingkungan maka kita akan memilih produk sustainable fashion yang lebih ramah lingkungan.
*Memilih produk lokal
Memilih produk lokal daripada pakaian bermerek luar negeri yang cenderung fast fashion. Karena banyak produk lokal yang kualitasnya bagus dan ramah lingkungan. Selain meminimalisir permasalahan fast fashion hal tersebut juga dapat membangkitkan roda perekonomian Indonesia.
*Membeli pakaian secondhand/thrift
Dengan membeli pakaian secondhand/thrift kita sudah berkontribusi untuk menjaga lingkungan. Dengan begitu, penumpukan limbah pakaian dapat diminimalisir. Selain itu, pakaian thrift biasanya merupakan pakaian bermerek yang dijual dengan harga terjangkau dan kualitasnya masih bagus. Pakaian thrift dapat dibeli di thrift shop baik offline store maupun online store.
*Menyumbangkan pakaian yang sudah tidak terpakai
Beberapa orang cenderung memiliki pakaian yang sudah tidak terpakai dalam kurun waktu yang lama. Dengan menyumbangkan pakaian kita dapat membantu orang yang membutuhkan.
*Memperbaiki pakaian yang rusak
Daripada membuang pakaian sobek pada bagian tertentu. Lebih baik kita menjahitkannya saja. Hal ini akan membantu mengurangi pembelian produk pakaian. Selain itu, kita dapat menghemat biaya pengeluaran.
Itulah dampak dari tren fast fashion terhadap masalah lingkungan. Kita harus selektif terhadap pakaian yang kita kenakan. Memilih pakaian yang ramah lingkungan adalah salah satu kontribusi kita untuk menjaga lingkungan. Tren ataupun mode pakaian  memang selalu berganti atau mengalami perputaran kembali ke tren yang sudah lama. Kita tidak harus mengikuti tren fashion hanya karena ingin terlihat trendi. Kita perlu membiasakan diri untuk menggunakan pakaian yang ramah lingkungan ketimbang pakaian yang sedang tren. Karena mode atau tren fashion tidak akan pernah ada akhirnya dan selalu berganti dengan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H