Mohon tunggu...
windu
windu Mohon Tunggu... Administrasi - pro populi discimus

Bondowosoans

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaum Muda, Sebuah Refleksi

31 Oktober 2020   20:12 Diperbarui: 31 Oktober 2020   20:20 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memperkenalkan potensi budaya misalnya, sebagai tombak informasi bagi masyarakat dalam menginformasikan kurs mata uang, pemasaran produk UMKM, atau sebagai wadah informasi edukatif dengan menginformasikan universitas terbaik, beasiswa hingga memberikan kesempatan kepada publik dalam kebebasan berbicara di muka umum.

Begitu pentingnya kebebasan berbicara di muka umum sebagai bagian dari dinamika berdemokrasi, dengan peran kaum muda mampu mengedepankan argumen daripada sentimen. Karena hanya dengan argumentasi membuat kita mampu berpikir secara kompleks.

Kerena setiap benturan yang dihadapi mampu dibaca secara kompleks. Dengan mengedepankan esensi dan konteks, harapan kaum muda tidak menjadikan dirinya sebagai  reaksioner. Inilah yang diharapkan dari jiwa yang selalu menyala dan bersemangat untuk menumbuhkan karakter.

Sebelum jauh mengekspresikan diri, kaum muda harusnya lebih dulu mengenali dirinya, apa yang mampu mereka perbuat untuk kemaslahatan bersama. Seperti tulisan Nietzsche bagaimana menggambarkan Ubermensch atau manusia unggul.

Nietzsche berpendapat bahwa setiap manusia yang dilahirkan mampu bertahan dalam dorongan hidup yang keras. Menerima segala tantangan dengan melakukan inovasi supaya kemampuan yang ada pada dirinya keluar secara maksimal.

Jika para kaum muda kontemporer tidak mampu menerima gempuran budaya yang dinamis hingga membuat sebuah budaya dapat dibilang sebagai peradaban baru. Dengan melimpahnya teknologi, jadilah mereka merugi karena tidak mempu memperalat alat malahan diperalat oleh alat.

Mereka yang diperalat oleh alat hanya akan asik kongkow eksistensi demi story dan like di media sosial. Tapi mereka yang memperalat alat akan mampu memberikan cipta sebagai kemanfaatan bersama.

Tentu para kaum muda tidak bisa dilepas begitu saja, ada campur tangan pemerintah dalam penciptaan sebuah cipta. Dorongan pemerintah tidak melulu soal cipta yang mampu berdampak pada income pribadi ataupun sebuah lembaga.

Semua harus berasaskan Ekonomi Kerakyatan yang tertuang dalam Tap-MPR No: IV/MPR/1999 mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian Indonesia ini ialah Sistem Ekonomi Kerakyatan.

Sebagai masyarakat yang kolektif, dengan membangun iklim Sistem Ekonomi Kerakyatan diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk memiliki competitive advantage supaya semua merasakan kebijakan dan iklim kompetisi dalam pembangunan dari sektor ekonomi.

Dari semua ini, diharapkan lahir dari para kaum muda, bukan sebagai pembatasan ruang gerak setiap masyarakat. Namun, harapan datang dari setiap kaum muda untuk mampu memberikan ide-ide baru yang segar, relevan, dan original.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun