Sebuah karya kesekian dari seorang penulis hebat yaitu tere liye, penulis pertama yang membuat saya nyaman membaca novel, diawali dari seorang teman yang membaca novel di asrama dulu yang kemudian membuat saya penasaran melihat teman saya yang senyum sendiri, tertawa sendiri, bahkan kesal sendiri ketika membaca novel. Kemudian saya meminjam buku tersebut setelah dia selesai membaca buku itu. Buku pertama yang saya baca berjudul “Pulang” karya Tere Liye.
Sepertinya kisah saya tidak terlalu menarik untuk dibahas kali ini, yang akan saya bahas sekarang adalah buku ke sekian dari Tere liye dan buku ke-19 yang saya baca dari sekian banyak buku novel yang ditulis oleh Tere Liye.
Buku dengan judul “Selamat Tinggal” merupakan buku yang menarik untuk dibaca karena menjelaskan berbagai pembahasan di negeri ini, setidaknya ada tiga pokok pembahasan yang dapat saya simpulkan setelah saya membaca buku tersebut :
- Permasalah menggunakan berbagai produk bajakan (Buku, film, obat, dll)
- Cerita perjalanan seorang mahasiswa dalam menempuh Pendidikan di sebuah kampus
- Lika liku percintaan mahasiswa tersebut
Yang pertama adalah penggunaan produk bajakan, sebenarnya saya juga merasa tertampar ketika membaca buku ini karena sebenarnya saya juga termasuk mereka yang menggunakan produk bajakan terutama film, saya biasa menonton film bajakan dari situs film yang menyediakan layanan menonton film secara gratis walau illegal.
Cara seorang penulis sangat keren bagiku dalam menyindir mereka yang suka menggunakan produk bajakan, terutama cara penulis menyindir yang suka membaca buku secara bajakan baik membeli dari toko bajakan ataupun dari e-book yang illegal.
Berkali-kali saya memuji penulis begitu halus menyindir mereka yang membaca karyanya dengan membeli buku bajakan, mungkin saja ada yang membaca buku ini dari hasil membelinya secara bajakan.
Ada banyak penjelasan penulis mengenai rusaknya industri buku akibat dari buku bajakan, mungkin penulis merasakan kerugian tersebut atau penulis merasakannya dari penulis lain yang merasa rugi akibat dari penjualan buku bajakan di negeri ini. KEREN.
Tidak salah apabila ada yang berpendapat bahwa menjadi penulis harus ikhlas dalam berkarya, jadi dia harus merasa ikhlas juga apabila bukunya bajak beredar di toko bajakan, harusnya dia bersyukur karena bukunya laku keras sehingga banyak dijual di toko bajakan, tidak ada juga salahnya apabila ada yang berpendapat apabila jika tidak ingin bukunya dibajak “Ya tidak usah menulis, dasar penulis sok suci”.
Namun ayolah marilah menjadi pembaca yang bijak, bagaimana seorang penulis menemukan sebuah ide untuk menulis karya baru, itu hal yang sulit kawan.
Setidaknya jika kita membeli karyanya dari toko resmi kita beranggapan membayar hasil jerih payah seorang penulis dan juga cara kita dalam mengapresiasi industri buku di negeri ini.