Mohon tunggu...
Riski SellaNur
Riski SellaNur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Psikologi 442

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pola Asuh terhadap Emosi Anak dan Tingkat Stress Anak

22 Juni 2021   22:56 Diperbarui: 22 Juni 2021   23:24 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Orang tua dengan pola asuh otoriter banyak kita jumpai pada zaman sekarang ini. Pola asuh otoriter sendiri adalah pola asuh dengan kekuasaan dipegang penuh oleh orang tua. Mereka menempatkan standar dan tuntutan yang tinggi kepada anak-anaknya tanpa mengetahui kepribadian anaknya dan tanpa menghargai perasaan serta pendapat anaknya. Pada masa usia dini seluruh komponen perkembangan yang ada dalam diri anak akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Salah satu aspek perkembangan yang perlu diberikan stimulus sehingga bisa mengatur emosi dan pertumbuhan intelektual adalah perkembangan sosial emosional, khususnya pada bidang pengembangan emosional anak.

Manusia diciptakan tuhan dengan memiliki emosi dan perasaan. Dari emosi dan perasaan yang didapatkan, manusia dapat memaknai hal hal yang terjadi didalam dirinya dan dilingkungan sekitarnya. Emosi merupakan komponen yang penting dalam kehidupan manusia, bayangkan saja jika manusia tidak memiliki emosi. Lalu bagaimana cara membedakan makhluk yang hidup dan yang sudah mati? maka dari itu kita perlu untuk selalu menjaga kondisi mental dan psikologi kita khususnya bagaimana kita mampu untuk memanajemen emosi. Disisi lain manusia tentu tidak pernah lepas dari dinamika kehidupan. Masalah yang silih berganti membuat manusia tumbuh menjadi manusia yang dewasa. Teman, keluarga hingga sahabatpun bisa menjadi sumber masalah bagi diri kita, dan perlu diketahui bahwa orang lain tidak bisa kita kontrol. Kita tidak bisa mengatur ucapan orang terhadap kita dan penilaian orang terhadap kita. Sebagai manusia ada yang terjerumus dalam masalah masalah tersebut dan akhirnya sebagian mereka menjadi stress, overthingking, hingga depresi. 

Membantu anak mengendalikan emosi adalah salah satu peran orang tua. Banyak orang tua yang membatasi anaknya terlalu berlebihan. Seorang anak yang terbiasa dengan didikan ketat cenderung memiliki rasa takut dan ketergantungan terhadap apa yang dilakukannya. Dengan kata lain, ia melakukan sesuatu hal didasari dengan rasa takut terhadap orang tuanya, bukan atas dasar kesadaran atau keinginan hatinya. 

Akibatnya, dampak negatif anak menjadi kurang mandiri dan kurang bisa berpikir luas mengenai apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang tidak beserta dengan sebab akibatnya. Mungkin, mereka memiliki kebiasaan dan rutinitas yang teratur dan baik, namun semua itu bukan didapatkannya melalui pembelajaran dari pengalaman pribadinya melainkan dari ajaran dan aturan dari orang tuanya, dan pola asuh yang seperti itu dapat meningkatkan tingkat stress anak.

Tetapi tidak berarti orang tua yang mengetatkan anaknya selamanya buruk, seorang anak yang terbiasa diberi kebebasan melakukan segala sesuatu sesuai kemauannya memang akan lebih banyak belajar karena ia banyak menemukan hal-hal baru dari apa yang ia alami sendiri, bukan dari apa yang diceritakan atau diatur oleh orang tuanya. 

Tetapi, anak semacam ini cenderung bersikap egois dan sesuka hatinya. Atas dasar rasa ingin tahunya yang besar, anak menjadi tidak suka dengan aturan, cenderung membangkang dan agresif. 

Alangkah baiknya, mendidik anak menjadi seseorang yang mandiri dan banyak belajar melalui pengalaman pribadinya namun tetap takut dan taat pada aturan, orang tua seharusnya bisa membuat keseimbangan mengenai kapan mereka harus strict dan kapan harus membebaskan anaknya dalam memilih jalan hidupnya. Orang tua juga perlu untuk mengikuti parenting skill. Tujuan parenting skill sendiri adalah agar orang tua dapat berinteraksi dengan anak secara lebih terarah. Dengan begitu, anak akan memiliki karakter yang mandiri, cerdas, dan sejumlah karakter baik lainnya sejak dini. 

Contoh pola asuh otoriter yang sering terjadi di kehidupan sehari hari seperti tidak memberi pilihan anak pada pemilihan studi kuliah misal si A memiliki kelebihan dibidang komunikasi dan public relation, namun orang tuanya mengharuskan dia memilih studi kedokteran. Dampaknya dengan contoh berikut anak mengambil keputusan dengan terpaksa dan dilema menurut fungsi emosi Moral Decisions dan anak tersebut tidak bisa memilih jalannya sendiri dan cenderung malas untuk melakukan apa yang tidak ingin dikerjakan. 

Hal itu membuat si A stress. Stress adalah suatu reaksi tubuh yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realita. Secara biologis dampak stress bagi tubuh kita adalah otak mengecil hal ini dikutip dari video TED-ED berjudul "how stress affect your brain" yang dikutip dalam medical daily pada kamis (19-11-2015). Saat seseorang mengalami stress otak akan mengeluarkan hormon kortisol yang bisa menyebabkan otak menyusut dan hilangnya koneksi sinaptik antar neuron. hal ini dapat menyebabkan kesehatan mental seperti depresi dan Alzheimer. Dari contoh diatas kita sadar akan pentingnya pengelolaan stress.

Lalu bagaimana cara mendidik anak menurut pandangan islam ?

Anak merupakan titipan Allah yang kelak akan hidup mandiri dan lepas dari orang tuanya. Karenanya ia harus dibekali dangan keimanan yang kuat dan aturan yang tegas dalam menjalani kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun