Mohon tunggu...
Riski Ramadan RR
Riski Ramadan RR Mohon Tunggu... Wiraswasta - I love imagination

Pekerja Serabutan [ kerjaannya banyak, bayarannya sedikit ]

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Kita Benar-Benar Punya Waktu 24 Jam dalam Sehari?

17 Januari 2024   21:59 Diperbarui: 17 Januari 2024   22:07 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana kalau kita manusia memang tidak punya waktu sebanyak itu? Menurut para ilmuwan hari begitu pendek ada kaitannya dengan rotasi bumi yang lebih cepat, perubahan iklim dan peristiwa alam lainnya. Akan tetapi, cepat atau lambatnya waktu dipengaruhi oleh seberapa banyak kegiatan kita yang kita miliki. Sudah berapa banyak hal yang kita perbuat dalam satu hari ini? Apakah kita sudah menggunakan waktu sebaik mungkin?

Saya selalu ingin melakukan banyak hal dalam satu hari. Saya tulis apa saja yang saya ingin lakukan di buku agenda. Kemudian menyadari bahwa semakin banyak hal yang saya lakukan, semakin sedikit waktu yang terbuang sia-sia.

Mencermati hal yang telah dilakukan sepanjang hari adalah proses mengenal diri. Merenungi apakah yang saya lakukan ada manfaatnya untuk saya? Atau saya hanya membuang waktu saja?

Saya pun pernah menjadi seseorang yang sering membuang-buang waktu dengan kegiatan yang ternyata memang tidak ada manfaatnya. Seperti bergosip, berdebat di sosial media dengan orang yang tidak dikenal. Dan tenggelam dalam sosial media yang berakibat destruktif bagi atensi saya.

"Bertemu hari lahir atau berulang tahun adalah contoh betapa singkatnya waktu, tahu-tahu sudah umur sekian."

atau melihat beberapa artikel yang saya tulis di halaman profil, melihat kalender betapa jauh kita melangkah hari begitu cepat dan saya masih saja merasa kurang bijak dalam menggunakan waktu yang saya punya. saya masih sering membuang waktu dengan perasaan toxic yang sangat menjengkelkan tanpa tahu apa alasannya. Semangat saya untuk bisa produktif lebih lagi, yang naik turun dengan menggantinya dengan kegiatan yang tidak memberi manfaat serta tenggelam dengan perasaan depresi yang terkadang membuat saya abai dengan waktu yang saya punya.

Kesempatan untuk memperbaiki kualitas waktu yang kita punya masih panjang, cara ini untuk menghargai apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Tulisan ini dibuat untuk mengenang memori.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun