Ragam Bahasa dan Keterampilan Berbahasa
Ragam Bahasa
Bahasa adalah bagian tak terpisahkan dari keanekaragaman budaya. Setiap suku bangsa memiliki bahasanya sendiri yang menjadi ciri khas dan identitasnya. Bahasa bersifat humanis, dan setiap manusia membutuhkannya dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, secara alami terjadi keanekaragaman bahasa dalam masyarakat, yang sesuai dengan teori ragam bahasa yang dikemukakan oleh para pakar sosiolinguistik.
Ragam bahasa, atau variasi bahasa, adalah fenomena yang terjadi karena penggunaan bahasa dalam konteks yang berbeda. Finozza (2009) menjelaskan bahwa ragam bahasa adalah variasi yang terjadi akibat penggunaan bahasa, sedangkan Kridalaksana (2008) menambahkan bahwa ragam bahasa tergantung pada topik pembicaraan, hubungan penutur dengan lawan bicara, dan medium pembicaraan.
Misalnya, bahasa yang digunakan di lapangan sepak bola berbeda dengan bahasa di ruang tunggu bandara. Intonasi dan gaya bicara juga akan berbeda sesuai dengan situasi dan tempat.
Selain itu, ragam bahasa juga dipengaruhi oleh topik pembicaraan dan siapa lawan bicara. Seorang anak akan berbicara lebih sopan dengan orang tuanya dibandingkan saat berbicara dengan teman sebayanya. Demikian pula, seorang mahasiswa akan menggunakan bahasa yang lebih formal saat berbicara dengan dosennya daripada dengan sesama mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa ragam bahasa sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan hubungan antara penutur dan lawan bicara.
Menurut Lauder dkk. (2005), ragam bahasa dapat dilihat dari dua sisi: sisi pemakai dan sisi pemakaian. Keberagaman bahasa ditentukan oleh aspek luar bahasa seperti kelas sosial, jenis kelamin, etnisitas, dan umur. Perbedaan dialek dan aksen dalam satu komunitas merupakan bukti keberagaman ini, yang dipengaruhi oleh aspek-aspek sosial.
Aspek Pemakai dan Pemakaian Bahasa
1. Pemakai Bahasa:
- Kelas Sosial: Bahasa yang digunakan oleh kelompok elit akan berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat umum.
- Jenis Kelamin: Ada perbedaan dalam cara berbicara antara laki-laki dan perempuan.
- Etnisitas: Setiap etnis memiliki dialek atau aksen yang khas.
- Umur: Bahasa yang digunakan oleh anak-anak berbeda dengan bahasa orang dewasa.
2. Pemakaian Bahasa:
- Medan (Field): Topik pembicaraan sangat mempengaruhi penggunaan bahasa. Misalnya, istilah-istilah pos seperti "wesel", "prangko", dan "amplop" digunakan dalam konteks surat-menyurat.
- Suasana (Tenor): Hubungan sosial antara penutur dan pendengar mempengaruhi pemilihan bahasa. Misalnya, bahasa yang digunakan dalam situasi formal berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam situasi informal.
- Cara (Mode): Peran bahasa dalam komunikasi, apakah dalam bentuk tulisan atau lisan. Misalnya, bahasa tulisan dalam artikel berbeda dengan bahasa lisan dalam percakapan sehari-hari.
Aslinda dan Syafyahya (2007) membagi ragam bahasa menjadi empat segi: penutur, penggunaan, keformalan, dan sarana. Variasi bahasa dari segi penutur meliputi idiolek (variasi bahasa individu) dan dialek (variasi bahasa sekelompok individu). Variasi bahasa dari segi penggunaan berkaitan dengan bidang pemakaian seperti militer, sastra, agama, jurnalistik, dan keilmuan lainnya.
Variasi Bahasa Berdasarkan Keformalan dan Media
1. Ragam Baku: Bahasa yang dilembagakan dan diakui sebagai bahasa resmi, seperti yang digunakan dalam pengajaran di perguruan tinggi atau dalam putusan hakim.
2. Ragam Formal: Bahasa yang digunakan dalam situasi formal seperti buku pelajaran, surat resmi, dan rapat kedinasan.
3. Ragam Usaha/Konsultatif: Bahasa yang digunakan untuk tujuan konsultasi, lebih formal daripada bahasa sehari-hari tetapi tidak seformal bahasa resmi.
4. Ragam Santai: Bahasa yang digunakan dalam situasi santai seperti percakapan keluarga atau perkumpulan anak-anak.
5. Ragam Media: Bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan memiliki intonasi dan konteks tuturan, sedangkan bahasa tulisan lebih memperhatikan tata bahasa dan tanda baca.
Keterampilan Berbahasa
Fungsi Bahasa Indonesia diajarkan di perguruan tinggi untuk memenuhi tiga aspek utama: meningkatkan pengetahuan bahasa, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan membangun sikap santun berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa secara efektif.
1. Keterampilan Menyimak:
- Reseptif: Menyimak adalah kegiatan menerima informasi. Dalam komunikasi lisan, menyimak berarti mendengarkan dengan baik apa yang diucapkan orang lain, memperhatikan mimik wajah dan gerak tubuh. Dalam komunikasi tulis, menyimak berarti meninjau, memeriksa, dan mempelajari informasi dengan teliti. Hasil menyimak yang baik akan membantu seseorang memproduksi informasi yang akurat melalui berbicara dan menulis.
2. Keterampilan Berbicara:
- Produktif: Berbicara adalah kegiatan menyampaikan informasi melalui lisan. Keterampilan berbicara dapat dilatih dengan sering berbicara di depan publik, menguasai materi, dan meningkatkan kepercayaan diri. Orang yang sering berbicara dengan banyak orang akan lebih terampil dalam berbicara.
3. Keterampilan Membaca:
- Reseptif: Membaca adalah kegiatan memahami informasi yang disampaikan melalui tulisan. Keterampilan membaca dapat ditingkatkan dengan sering membaca berbagai sumber bacaan seperti buku, majalah, dan media sosial. Membaca secara kritis, cepat, dan efektif akan membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan seseorang.
4. Keterampilan Menulis:
- Produktif: Menulis adalah kegiatan menyampaikan informasi melalui tulisan. Menulis membutuhkan keterampilan yang harus dilatih. Penulis harus memperhatikan tata kalimat dan tata bahasa agar informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Menulis bukan hanya merekam informasi, tetapi berbagi informasi secara efektif.
Kesimpulan
Ragam bahasa dan keterampilan berbahasa adalah dua aspek yang saling berkaitan dan penting dalam komunikasi. Ragam bahasa menunjukkan variasi dalam penggunaan bahasa berdasarkan konteks sosial, medan pembicaraan, dan medium komunikasi. Keterampilan berbahasa melibatkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang dapat ditingkatkan melalui latihan dan pembelajaran.
Bahasa adalah alat komunikasi yang dinamis dan beradaptasi dengan situasi sosial. Oleh karena itu, memahami dan menguasai ragam bahasa serta keterampilan berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi secara efektif dan membangun hubungan sosial yang baik. Di perguruan tinggi, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap santun berbahasa, yang pada akhirnya akan membantu mahasiswa menjadi komunikator yang efektif dalam berbagai situasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H