Mohon tunggu...
Riski NurSarifah
Riski NurSarifah Mohon Tunggu... Model - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

make it simple.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Daring, Orang Tua Ikut Pusing

14 Desember 2020   10:46 Diperbarui: 14 Desember 2020   10:52 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompasiana.com, 2020

Maret 2020 Indonesia terserang wabah penyakit menular yang berasal dari Wuhan, China. Penyakit tersebut adalah Corona Virus 2019 yang disingkat menjadi Covid 19. Saat ini Covid-19 telah menjelajah Indonesia dan menyebar sangat cepat. Bukan hanya di Indonesia bahkan seluruh dunia terkena dampak penyakit menular ini yang menyebabkan krisisnya kesehatan dan ekonomi. Tidak hanya itu dilansir dari berita harian kompas (2020) pemerintah di beberapa daerah juga membuat kebijakan penutupan jalan hingga pembatasan wilayah untuk warga yang ingin keluar masuk dalam suatu daerah yang disebut lockdown. Namun saat ini dampak dari wabah tersebut dirasakan pula oleh dunia pendidikan. Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB menyatakan bahwa salah satu sektor yang terdampak adanya wabah ini adalah dunia pendidikan (Purwanto dkk, 2020:1). Dengan demikian hal tersebut membuat Indonesia bahkan seluruh dunia memutuskan untuk menutup sekolah dan perguruan tinggi sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.

Selama merabaknya Covid-19 di Indonesia banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus dengan menerapkan social distancing. Seluruh masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dengan cara berdiam diri di rumah, melakukan segala hal dari rumah demi memutus mata rantai Covid-19. Hal tersebut yang membuat para pekerja dan pelajar melakukan kegiatannya dari rumah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan surat edaran Direktorat Pendidikan Tinggi No.1 Tahun 2020 tentang pencegahan penyebaran Covid-19 di dunia pendidikan. Kemendikbud menginstruksikan untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dan semua pembelajaran harus dilakukan dari rumah masing-masing.

Kini Covid-19 telah melanda Indonesia selama sembilan bulan terakhir sehingga berdampak terhadap aktivitas belajar mengajar. Aktivitas belajar mengajar yang biasanya dilakukan murid dan guru secara tatap muka kini harus dilakukan secara daring (online learning). Tidak ada lagi aktivitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik dan murid. Sudah banyak aplikasi pendukung kegiatan belajar daring contohnya seperti Zoom Cloud Meetings dan Google Meet.

Pada awal pandemi belum begitu terasa dampak dari pembelajran jarak jauh karena seluruh kegiatan baik anak maupun orang tua dilakukan di rumah, sedangkan kini aktivitas pekerjaan sudah harus dilakukan kembali karena untuk  membangun keadaan ekonomi di Indonesia. Namun pemerintah tetap menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kini lebih ke fase New Normal. Orang tua kini sudah harus bekerja sedangkan anak masih harus belajar di rumah. Bagi anak yang kedua orang tuanya harus bekerja demi keberlangsungan hidup mau tidak mau harus belajar sendiri. Tentu saja orang tua ikut pusing dengan pembelajaran jarak jauh terutama bagi orang tua yang memiliki anak masih duduk di sekolah dasar. Padahal anak SD sangat butuh bimbingan karena pola pikir anak SD masih belum stabil. Namun tidak jarang orang tua yang merasa pusing dengan keadaan sekarang, sebenarnya mereka tidak tega meninggalkan anaknya tetapi pekerjaan juga sangat penting. Hal tersebut merupakan pilihan sulit di tengah situasi yang tidak menentu ini.

Pembelajaran jarak jauh secara daring selain membuat orang tua pusing, anak juga merasa terbebani dengan tugas yang malah menjadi makin menumpuk. Banyak juga orang tua yang tidak mengerti teknologi dan kurang mampu membelikan anaknya handphone. Padahal handphone menjadi benda terpenting untuk mendukung pembelajaran daring seperti ini. Pada tataran pelaksanaan pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti smartphone atau telepon android, laptop, komputer, tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan di mana saja (Gikas & Grant, 2013). Bagi murid yang tinggal di perdesaan kendala sinyal menjadi hal yang paling membuat pusing. Jadi pembelajaran jarak jauh mempunyai  banyak kendala: baik kendala ekonomi serta kendala koneksi internet yang tidak stabil. Nadiem Makarim berpendapat, "Kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada sama sekali tidak ada pembelajaran" (Kompas.com).

Hal lain yang membuat orang tua pusing serta perlu diperhatikan yaitu penggunaan handphone guna menunjang pembelajaran daring adanya kecanduan penggunaan handphone. Beberapa penelitian menunjukan adanya indikasi kecanduan gadget akibat penggunaan yang berlebihan. Sehingga hal tersebut tentu saja dapat menimbulkan kekhawatiran akan efek negatif pada penggunaan gadget dan media sosial kemungkinan terpapar informasi yang tidak benar dan tidak perhatian selama belajar akibat bermain media sosial (Siddiqui & Singh,2016). Selain itu orang yang kecanduan gadget cenderung memiliki masalah sosial dan akademik (Kwon et al., 2013). Sehingga penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa lebih memilih untuk segera kembali bersekolah. Seperti yang diucapkan salah satu anak sekolah dasar "Aku mau cepat-cepat sekolah tatap muka, mau ketemu teman-teman, mau main bareng. Kalo belajar di rumah ga asik." (Birul W.H: 2020)

Sumber: Kompasiana.com, 2020
Sumber: Kompasiana.com, 2020
            Dengan demikian, pandemi telah mengganggu proses pembelajaran secara konvensional. Semua pihak, terutama pemerintah diimbau untuk membantu para orang tua dalam mengatasi kesulitan yang dialami selama proses belajar daring. Maka diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Masalah yang muncul pada proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) memang sangat kompleks. Oleh karena  itu, perlu keseriusan dalam pengelolaannya. Salah satu yang harus dilakukan yaitu pemberian bantuan kepada orang tua. "Pemerintah dan para pakar pendidikan harus membantu para orang tua dalam membimbing anak masing-masing dalam menjalani pembelajaran di rumah" ujar pengamat pendidikan dari Universitas Paramadina, Jakarta, Totok Amin Soefijanto dalam berita Sindonews.com 2020.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerbitkan Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Regulasi ini memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Dengan demikian orang tua bisa sedikit lebih tenang meninggalkan anaknya di rumah. Orang tua bisa meminta guru untuk tidak memberikan tugas yang terlalu berat, apalagi pada anak SD yang mungkin saja baru belajar membaca. Setiap anak tidak sama maka diperlukan komunikasi kondisi dan kesulitan yang dihadapi. Walaupun orang tua bekerja tetap harus mengawasi anak yang sedang belajar di rumah, boleh sesekali menghubungi anak dan bertanya perihal tugas yang diberikan gurunya. Usahakan tetap kontrol anak dalam situasi apa pun.

DAFTAR PUSTAKA

Ika Handarini, Oktafia & Sri Wulandari,  Siti. 2020. Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP) Volume 8, Nomor 3, 2020.

Koran SINDO. 2020. Bantu Orang Tua Atasi Masalah Belajar  Jarak Jauh. https://nasional.sindonews.com/read/167148/15/bantu-orang-tua-atasi-masalah-belajar-jarak-jauh-1600301368?showpage=all (diakses tanggal 12 Desember 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun