Era bonus demografi yang diperkirakan akan berlangsung di Indonesia pada tahun 2045 menghadirkan tantangan sekaligus peluang yang penting untuk berbagai institusi, termasuk pesantren yang merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. Dengan perbandingan penduduk usia produktif yang meningkat, yakni pada usia 15-65 tahun lebih banyak dibandingkan usia 0-14 tahun dan di atas 65 tahun.Â
Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam memiliki peran strategis dalam mempersiapkan generasi mendatang yang tidak hanya berkemampuan di bidang agama, tetapi juga di bidang keterampilam serta pengetahuan umum yang sesuai dengan tuntutan zaman. Maka dari itu, optimalisasi perencanaan strategis dalam pesantren menjadi suatu kewajiban agar pesantren dapat ikut serta dalam menghadapi era bonus demografi.
Perencanaan strategis merupakan proses sistematis untuk menetapkan arah dan tujuan jangka panjang suatu organisasi. Dalam konteks pesantren, perencanaan ini perlu mempertimbangkan berbagai aspek, seperti kurikulum, pengembangan sumber daya manusia, infrastruktur, dan kolaborasi dengan pihak luar.Â
Dengan perencanaan yang baik, pesantren dapat merumuskan visi dan misi yang jelas untuk menghadapi tantangan di masa mendatang.
Salah satu elemen kunci dalam perencanaan strategis adalah pemetaan potensi dan kebutuhan masyarakat di sekitar pesantren. Dengan memahami kebutuhan tersebut, pesantren dapat mengembangkan program-program yang relevan dan bermanfaat.Â
Misalnya, jika ada kebutuhan pelatihan keterampilan kerja bagi pemuda, pesantren dapat mengadakan program pelatihan yang sesuai. Ini tidak hanya meningkatkan relevansi pesantren di mata masyarakat, tetapi juga membantu mengurangi angka pengangguran di daerah tersebut.
Dikutip dari Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur yang menyatakan "Bonus demografi menunjukkan bagaimana 60% penduduk Indonesia dalam dua decade ini menjadi tenaga usia produktif yang siap mengembangkan inovasi-inovasi baru bagi kemajuan teknologi dan pertumuhan ekonomi.Â
Sebagaimana telah berkali-kali dinyatakan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, peluang kita menjadi negara maju ada dalam 10 hingga 15 tahun ke depan dengan memaksimalkan bonus demografi."Â
Pesantren seharusnya tidak hanya dianggap sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai lembaga yang dapat memberikan santri keterampilan sosial, ekonomi, dan teknis sesuai kebutuhan pasar. Oleh karena itu, perlu ada inovasi dalam kurikulum dan program pendidikan yang ditawarkan.Â
Kurikulum yang ada saat ini perlu diperbarui untuk memasukkan materi yang sesuai dengan perkembangan zaman, seperti teknologi informasi, kewirausahaan, dan ilmu sosial yang aplikatif. Dengan memperluas cakupan pembelajaran, santri akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif dan dinamis.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional yang telah lama ada di Indonesia mempunyai potensi dan keistimewaan tersendiri. Pesantren bukan hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, namun juga sebagai akar terbentuknya karakter dan nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, perencanaan strategis yang dilaksanakan oleh pesantren harus dipertimbangkan melalui beberapa aspek, yaitu kurikulum, pengembangan sumber daya manusia, dan kerjasama melalui berbagai pihak untuk membangun ekosistem pendidikan yang lebih menyeluruh.
Salah satu langkah pertama yang dapat diambil adalah pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan perkembangan zaman. Kurikulum pesantren perlu dipadukan dengan pendidikan umum, seperti sains, teknologi, dan kewirausahaan. Melalui cara ini, santri tidak hanya mempunyai pengetahuan yang intens tentang ajaran agama, akan tetapi juga keterampilan praktis yang dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-haro.Â
Misalnya, mengajarkan keahlian digital kepada santri agar mereka dapat menyesuaikan perubahan zaman dan mampu menghadapi dunia kerja dimasa mendatang.
Selain itu, pengembangan sumber daya manusia di lingkungan tenaga pendidik pesantren juga faktor utama. Pesantren perlu mengadakan pelatihan untuk para tenaga pendidik agar mempunyai kemampuan yang baik mengenai metode belajar modern serta kemampuan untuk menerapkan teknologi dalam proses belajar mengajar.
 Pelatihan berkala dan kerja sama dengan lembaga pendidikan lain, baik di dalam maupun luar negeri, dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar di pesantren. Tenaga pendidik yang berkualitas akan mempersiapkan santri untuk menghadapi tantangan global.
Kerjasama dengan banyak pihak, termasuk pemerintah, sector swasta, dan masyarakat, juga merupakan langkah strategis yang perlu diperhatikan. Pesantren dapat menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan untuk program magang, pelatihan, atau kegiatan seminar yang dapat menambah pengalaman santri. Selain itu, kerjasama dengan pihak pemerintah terkait pembiayaan dan dukungan program pendidikan juga sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas program yang sedang dijalankan.
Tidak hanya aspek pendidikan yang diperhatikan, pesantren juga harus memperhatikan pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar. Akses terhadap teknologi informasi yang memadai, lingkungan belajar yang nyaman serta fasilitas olahraga dan ruang kesehatan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan di pesantren.Â
Investasi sarana prasarana ini tidak hanya meningkatkan daya tarik seseorang untuk belajar di pesantren, tetapi juga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan mereka.
Dalam konteks sosial, pesantren memiliki peran penting dalam membangun kesadaran sosial dan kepedulian di kalangan santri. Dengan mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kepedulian sosial, serta tanggung jawab, pesantren dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, namun juga mempunyai empati dan kepetulian terhadap masyarakat sekitar.
Kegiatan sosial, seperti pengabdian pada masyarakat dan program-program kemanusiaan harus menjadi komponen yang tidak terpisahkan dari kurikulum pesantren.
Di sisi lain, tantangan yang dihadapi pesantren dalam menghadapi era bonus demografi juga cukup besar. Persaingan antar institusi pendidikan lain, baik institusi formal maupun non formal semakin ketat. Oleh karena itu, pesantren perlu berinovasi dan beradaptasi agar tetap sesuai dengan era demografi. Membangun citra positif serta meningkatkan visisbilitas pesantren di masyarakat juga krusial, agar orang tua dan calon santri mempercayai dan menjadikan pesantren sebagai pilihan pendidikan yang berkualitas.
Dalam upaya mencapai optimalisasi perencanaan strategis, evaluasi dan monitoring menjadi hal yang tidak kalah penting. Pesantren perlu melakukan kegiatan evaluasi secara rutin untuk program dan kurikulum yang diimplementasikan, evaluasi ini digunakan untuk mengetahui apa yang berhasil dan apa yang perlu dibenahi.
 Mengumpulkan umpan balik dari santri, orang tua, dan masyarakat diperlukan agar dapat memberikan wawasan berharga sebagai upaya perbaikan di masa mendatang. Dengan pendekatan yang berbasis data dan analisis, pesantren dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam merencanakan dan melaksanakan program.
Secara keseluruhan, optimalisasi perencanaan strategis pesantren dalam menyongsong era bonus demografi 2045 merupakan langkah penting yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan komitemen tinggi.Â
Dengan memanfaatkan peluang yang ada, pesantren memiliki potensi untuk menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi muda yang unggul tidak hanya dalam bidang agama, tetapi juga mampu bersaing di tingkat global.Â
Tentu saja, ini memerlukan kerjasama yang sinergis antara berbagai pihak, serta semangat untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, pesantren akan tetap relevan dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa di masa depan.
Oleh: Riskika Velania Istiqomah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H