Pengertian Aliran Filsafat IdealismeÂ
Filsafat idealisme berasal dari  filsuf Yunani Plato yang  hidup pada tahun 427 SM hingga 347 SM.  Akar kata idealisme  berasal dari bahasa Yunani, dimana  berarti visi atau kontemplasi. Istilah ini pertama kali  digunakan secara filosofis oleh filsuf dan matematikawan Jerman G.W. Leibniz pada awal abad ke-18.Leibniz merujuk pada gagasan Plato  dan membandingkannya dengan empirisme.
Dalam pengertian filosofis, idealisme adalah sistem filosofis yang  menekankan pentingnya keutamaan pikiran, jiwa, dan roh di atas materi. Pandangan umum yang dianut para filosof Idealisme yaitu : Jiwa  manusia merupakan unsur terpenting dalam kehidupan dan hakikat hakiki alam semesta pada dasarnya tidak bersifat materi
Kelebihan Aliran IdealismeÂ
- Meningkatkan kemampuan berpikir untuk menghasilkan ide.
- Menjadikan konsep yang kompleks mudah dipahami dan dipahami siswa.
- Materialisme melaporkan bahwa ia dapat menjelaskan segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan oleh pemahaman rasional pikiran manusia.
- mengungkapkan pemikiran dan keyakinan yang melibatkan kecintaan terhadap nilai-nilai, termasuk kepercayaan
Kekurangan Aliran IdealismeÂ
- Terlalu focus pada ide-ide yang ada
Idealisme dapat  terlalu fokus pada ide dan persepsi serta mengabaikan realitas dan detail yang penting untuk implementasi. Hal ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan menjadi tidak efisien dan menyulitkan pencapaian tujuan yang diinginkan.
- Sulit menerima pendapat orang lain
Banyak orang idealis yang mempunyai pendapat kuat dan tidak pandai menerima pendapat orang lain. Hal ini dapat menimbulkan konflik dan kesulitan  bekerja  dengan orang lain
- Terlalu Perfeksionis
Idealisme yang berlebihan dapat menyebabkan seseorang menjadi terlalu perfeksionis, sehingga sulit menerima kekurangan dan kesalahan. Jika tidak diimbangi dengan pengendalian diri yang baik, hal ini bisa menjadi kontraproduktif
Implementasi Aliran Idealisme Pada Kurikulum MerdekaÂ
Kurikulum Idealisme mencakup pendidikan liberal dan praktis. Peran pendidik  dan peserta didik adalah unggul dalam pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan.  Guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, menganalisis, mensintesis,  dan menciptakan pengetahuan yang dapat dirancang, diinternalisasikan, dan diimplementasikan dengan berpikir kreatif.  Pendidikan menurut filosofi realisme berfokus pada pelatihan siswa untuk  mengambil peran sosial dengan menjalani kehidupan sosial.  Untuk mencapai hal tersebut, memerlukan pelatihan yang ketat, dukungan penuh terhadap kurikulum  di bawah bimbingan  pendidik, dan  aktivitas sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H