Komposter mini merupakan alat pembuat kompos sederhana. Hasil kompos dapat dimanfaatkan menjadi pupuk untuk tumbuhan. Komposter ini dibuat dari ember berukuran 30 liter.
Bagian dalam ember dipasangi saringan yang dibuat dari tutup ember yang diberi lubang kecil secara merata. Fungsinya adalah menyaring cairan dari bahan padat yang nanti bisa menyumbat keran.
Bagian dinding atas ember juga diberi lubang untuk pertukaran udara karena sistem komposter ini menggunakan sistem aerob dan mengantisipasi agar tidak ada hewan yang masuk. Prosedur penggunaannya adalah menyiapkan sisa-sisa sampah organik dari dapur atau daun-daun kering.Â
Bahan harus dipotong kecil-kecil menggunakan pisau atau gunting sebelum dimasukkan ke dalam kompos agar proses pengomposan berlangsung lebih cepat. Langkah berikutnya yaitu menambahkan cairan EM4 yang berisi mikro organisme yang akan membantu proses pengomposan. Proses ini dapat dilakukan setiap saat hingga komposter penuh.Â
Proses untuk menjadi kompos berlangsung selama kurang lebih satu hingga dua minggu, maka akan dihasilkan pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair dapat dikeluarkan melalui keran yang telah dipasang sedangkan pupuk padat dapat diambil di bagian atas dengan membuat penutup komposter.
Demonstrasi penggunaan komposter mini ini diikuti oleh warga setempat dengan antusias. Warga juga melakukan praktik secara langsung untuk memperdalam pengetahuannya.Â
Audien sangat responsif saat sesi tanya jawab berlangsung. Banyak warga yang bertanya terkait bahan, fungsi, dan prosedur secara detail. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan ini memberikan respon postif dari warga setempat.
Komposter mini dapat menghasilkan pupuk cair dan padat, lalu dilanjutkan dengan sosialisasi terkait pupuk yang ramah lingkungan. Sosialisasi ini dikemas dengan penyampaian materi oleh Jen Priatama.Â
Materi tersebut meliputi penjelasan umum pupuk, jenis-jenis pupuk, tips dan trik pemupukan, hingga fungsi pupuk organik. Kelompok KKN UNS Kelompok 373 membagikan bibit tanaman berupa bibit cabai dan tomat setelah warga mendapat edukasi terkait pembuatan kompos secara sederhana.Â
Tujuan dari membagikan bibit tersebut adalah agar warga dapat mengimplementasikan pengetahuan yang telah diperoleh dengan mempraktikkannya sendiri di rumah masing-masing.