Karya
Riski Indrawan
Delapan bulan yang lalu aku berkenalan dengan seorang cewek namanya Ninis Dian Islami biasa dipanggil Ninis, awalnya kami kenalan lewat facebook lalu aku minta nomor HPnya saat itu aku berada di Banda Aceh sementara Dia berada di kampung, beberapa minggu kami saling berkomunikasi saling menanya kabar dan saling memberikan perhatian dari situ aku mulai suka dan jatuh cinta kepadanya, hatiku rasa tak sabar lagi ingin mengungkapkan perasaan bahwa aku jatuh cinta kepadanya tanpa menunggu waktu lama aku mengungkapkan perasaanku, dengan senang hati diapun menerima cintaku, hari berganti hari minggu berganti minggu hubungan kami terjalin dengan baik hari-hariku terasa indah aku sangat bahagia karena memiliki pacar sebaik Ninis, kami saling mencintai dan menyayangi .
Lebih kurang sepuluh hari sebelum lebaran haji aku pulang kampung karena libur semester, hati rasa tidak sabar lagi ingin bertemu dengannya dua hari sebelum lebaran aku pergi ke kampungnya untuk bertemu dengan Ninis, saat itu aku belum tahu dimana rumah Ninis, aku hanya tahu kampungnya saja lalu aku meneleponnya untuk memberi tahu bahwa aku sudah tiba, Ninis sangat senang atas kedatanganku kemudian Ia memberitahu alamat rumahnya ternyata rumah Ninis sangat mudah ditemukan karena yang pertama kali kita temukan adalah rumah Ninis dan berada di sebelah kanan saat kita memasuki kampung tersebut, dengan rasa sedikit takut namun aku memberanikan diri untuk datang ke rumahnya aku merasa tegang karena melihat Ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu, kemudian aku bersalaman dengan mereka satu persatu mulai dari Ayah Ninis Ibu dan adik-adiknya, beberapa saat kami berbincang lalu Ayahnya menanyakan maksud dan tujuan kedatanganku, aku gugup untuk menjawab pertanyaan itu namun aku menjelaskannya dengan jujur, awalnya aku ragu ku pikir dia akan marah ternyata aku salah Ayah dan Ibunya Ninis sangat baik dan ramah sampai-sampai aku merasah seakan-akan aku ada di rumah sendiri.
Tiba saatnya berbuka puasa Ninis menghidangkan makanan aku dan Ayahnya juga adik-adiknya makan bersama sama, meskipun aku sedang menikmati makanan itu namun hatiku tertuju kepada Ninis aku belum merasa puas karena belum sempat ngobrol dengannya, selesai kami makan lalu kami pergi ke mesjid untuk shalat magrib. Pada malam itu aku tidur di rumah abang sepupuhnya Ninis namanya Yadi, keesokan harinya kira-kira pukul delapan pagi aku balik lagi ke rumah Ninis untuk minta pamit pulang kepada ayah dan Ibunya dan juga Ninis kemudian akupun langsung pulang. Hari pertama lebaran aku tidak pergi kemana-mana hanya di rumah saja, esok harinya masuk lebaran ke dua aku pergi lebaran ke kampungnya Ninis karena keramahan Ayah dan Ibu Ninis sehingga membuat aku berani datang langsung ke rumah untuk bersilaturahmi.
Setelah kami makan kue dan minum lalu aku minta ijin kepada Ayah dan Ibu Ninis untuk pergi jalan-jalan dengan Ninis merekapun mengijinkannya kemudian kami pergi jalan-jalan mengelilingi pulau Semeulue, setelah itu kami tiba di rumah sekitar jam lima sore bahagianya aku saat itu. Malamnya aku tidur lagi di rumah Yadi abang sepupunya Ninis, paginya aku pergi ke rumah Ninis untuk minta pamit pulang Ninis dengan wajah yang berbeda dari hari-hari sebelumnya membuat hatiku bertanya tanya, lalu aku bertanya kepadanya”kenapa adik kurang semangat gitu”, dia pun menjawab dengan sepontan dan tersenyum”gak apa-apa kok “, aku kira dia bersedih karena aku hendak pulang ternyata bukan karena itu masalahnya, kemudian akupun pulang. Sesampai aku di rumah aku menelepon Ninis untuk memberi tahu bahwa aku sudah sampai di rumah, aku melihat di hanpon ada lima belas panggilan tidak terjawab dari Ninis aku tidak mendengar bunyi telpon tersebut karena Hpnya aku masukkan di bagasi Honda, saat aku meneleponnya aku langsung mendengar nada yang tinggi dan kata-kata yang tidak menyenangkan dari Ninis, aku jadi heran dan bingung dengan masalah tersebut karena aku tidak tahu apa masalanya sehingga dia marah seperti itu, ternyata dia marah karena aku tidak mengajaknya ikut denganku padahal malam sebelumnya dia sudah minta ijin kepada orang tuanya dan merekapun mengijinkan, yang aku sesali kenapa dia tidak memberitahuku sebelumnya bahwa dia mau ikut denganku.
Masuk lebaran ke tiga aku diajak oleh Ijet pergi jalan-jalan dia adalah teman akrabku bahkan tetanggaku, Ijet mempunyai seorang pacar namanya Wati ternyata mereka pacaran belum ada restu dari orang tua Wati sehingga Ijet takut untuk menjemput Wati kerumah, karena itu Ijet menyuruhku untuk menjemput wati dan membawanya ke pantai wisata along, sesampai kami di sana Ijet mengajak Wati untuk naik berboncengan dengannya namun Wati tidak mau naik dibonceng oleh Ijet dengan alasan dia ingin membuat Ijet cemburu, lalu kami jalan-jalan dan sambil ngobrol tentang masalah mereka beberapa topik kami bicarakan di atas Honda sambil berjalan, awalnya Ijet mengikuti kami dari belakang dengan jarak sekitar sepuluh meter dengan asiknya kami bercanda tawa di atas Honda tersebut sampai-sampai kami tidak tahu bahwa Ijet sudah tidak ada lagi di belakang, ternyata dia balik dan menunggu kami di jembatan pantai along, karena melihat Ijet suda balik ke belakang kamipun langsung pulang.
Sesampai kami di pantai tersebut lalu kami bertemu dengan Ijet aku menyuruh Wati untuk mendekati Ijet lalu merekapun pergi, aku berjalan-jalan menyusuri pantai yang indah itu, aku terkejut dan heran aku melihat dari jarak jauh nampak seorang cewek dan ternyata itu adalah Ninis, Ia bersama seorang laki-laki, aku sempat marah karena cemburu melihatnya bersama laki-laki itu tapi ternyata laki-laki itu adalah pamannya Ninis, setelah aku tahu itu barulah hatiku terasa tenang. Ninis menanyakan kepadaku sambil tersenyum seakan semua baik-baik saja tanpa ada masalah”abang sama siapa kesini…?, akupun menjawab dengan santai karena aku tidak merasa bersalah”abang Cuma sendirian aja…!,mendengar jawabanku Ninis tersenyum lagi sambil berkata”sudahlah abang jujur saja adik tidak suka di bohongi…..!, aku heran atas perkataannya tersebut ada apa sebenarnya, ternyata Ninis melihat ku berboncengan dengan Wati waktu itu dia sedang di tempat kawannya, katanya dia sempat memanggilku tapi mungkin karena aku lagi asik ngobrol dengan Wati sehingga aku tidak mendengarnya, aku berusaha untuk menjelaskannya namun Ninis tetap tidak percaya dia pikir aku membohonginya aku punya pacar lain selain dia, katanya pantas aku tidak mau mengajaknya jalan-jalan ke kampungku.
Ninis bicara sambil menangis air matanya terus keluar, akupun terus berusaha meyakinkannya aku menjelaskan kepadanya bahwa cewek yang bersamaku tadi itu bukan pacarku tetapi pacar temanku namun semua sia-sia saja Ninis tetap tidak percaya dengan semua penjelasanku, akhirnya dia minta putus dengan ku, mendengar keputusan itu jiwaku terasa hancur karena aku harus kehilangan orang yang paling aku sayangi hanya karena kesalah pahaman, aku hanya bisa pasrah saja dan akhirnya kamipun putus di hari ke tiga lebaran, malamnya aku menelepon Ninis akan tetapi dia tidak mau bicara denganku .Kemudian aku meminta untuk berbicara dengan Ibunya aku menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi, Ibunya Ninis tidak menyalahkanku dia mengerti dan percaya bahwa itu hanyalah sebuah kesalah pahaman, kata Ibunya” mungkin ini memang sudah takdirnya kalian berpisah jika suatu saat nanti kalian ingin kembali kami sebagai orang tua tidak melarang kalian, tapi hingga sekarang kami tidak pernah lagi berkomunikasi apa lagi bertemu padahal aku masih sayang dan merindukannya……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H