Mohon tunggu...
Riski
Riski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha belajar untuk menjadi pelajar yang mengerti arti belajar

Ada apa dengan berpikir?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebebasan adalah Determinis

12 Maret 2024   01:41 Diperbarui: 14 April 2024   21:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mengetahui bahwa Allah Swt. memberikan manusia kehendak bebas agar manusia dapat melakukan tindakan yang diinginkannya atau tidak diinginkannya secara sadar, tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal. Tujuan dari pemberian kebebasan ini adalah agar manusia memiliki kesadaran akan kedudukannya di antara makhluk lainnya. Namun, karena adanya kebebasan tersebut, sebagian besar manusia cenderung melanggar kodrat dan posisinya dengan makhluk lain.

Secara umum, kehendak bebas manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu kebebasan yang melanggar kodrat penciptaan dan kebebasan yang sesuai dengan kodrat penciptaan. Manusia yang menggunakan kebebasannya untuk melanggar kodrat Tuhan cenderung mengikuti hawa nafsu mereka. Mereka ini cenderung terjebak dalam godaan dunia. Sementara itu, manusia yang menggunakan kebebasannya sesuai dengan kodrat penciptaan didasarkan pada keimanan. Mereka ini selalu mengikuti syari'at atau ketentuan Tuhan dalam kehidupan mereka. Inilah dua bentuk kebebasan yang dapat ditemui dalam kehidupan nyata.

Dari penjelasan di atas terkait klasifikasi kebebasan, sedikit pengantar sebelum penulis masuk lebih dalam tentang makna kebebasan itu. Karena yang menjadi objek bahasan penulis dalam tulisan ini adalah pada "apakah kebebasan yang dianggap sebagai kebebasan adalah sebuah kebebasan, ataukah hal itu sebenarnya menunjukkan akan keterbatasan?".

Dalam kehidupan ini kita akan menemukan hampir sebagian besar orang meyakini apa yang kemudian ia lakukan adalah atas kebebasannya dan bukan sebuah paksaan. Misalnya; ingin makan, berjalan, beribadah (bagi yang beriman), mengkritik, berpendapat, memilih pasangan hidup, dan lainnya sebagainya. Hal itu memang benar, bahwa apapun yang kita lakukan adalah atas dasar kebebasan kita. Namun, pernahkah kita bertanya tentang kebebasan itu? Tentu inilah yang kemudian banyak di abaikan. Hampir sebagian besar orang tidak menyadari bahwa suatu kebebasan yang dianggap bebas pada dirinya sebenarnya hal itu menunjukkan di saat itulah ia tidak bebas (determinis).

Berdasarkan apa yang kemudian diangkat dia atas sebagai problem, hal inilah yang kemudian menjadi fokus bahasan penulis. Klaim dasar penulis dari problem di atas adalah "kebebasan yang di anggap bebas sebenarnya adalah ketidakbebasan". Atas dasar klaim inilah penulis akan membahas "kebebasan" ini secara mendalam, dan juga menunjukkan bahwa "manusia semuanya sebenarnya adalah determinis".

Mungkin sebagian besar orang akan mengkritik klaim dasar dari penulis bahwa, mana mungkin kita yang dari sejak diciptakan dengan diberikan kebebasan oleh Tuhan, diakatan bahwa kita itu tidak bebas (determinis). Berikut inilah adalah argumentasi yang akan penulis kemukakan untuk membuktikan klaim penulis di atas. Benar bahwa ungkapan manusia ingin itu, ingin ini, dan yang lainnya adalah atas keinginannya, hal ini tidak dapat pungkiri, bahkan penulis sendiri tidak menolak bahwa semua yang dilakukan manusia atas kebebasan manusia sendiri dalam menentukan apa yang ia inginkan. Namun, tahukah bahwa sebenarnya apa yang kita inginkan dan kehendaki di saat itu sebenarnya kita telah menunjukkan bahwa kita saat itu sedang dalam kondisi determinis (terikat), determinis atas kebebasan kita. Misalnya; sih Fulan ingin makan. Ketikan si fulan ingin makan atas dasar kemauannya, di saat itu juga sebenarnya "ingin makannya" ditentukan atas keinginannya. Artinya bahwa apapun yang kemudian ia inginkan, pada saat itu sebenarnya ia telah menunjukkan bahwa apa yang kemudian ia inginkan, hanya mengikuti keinginannya dan tidak bisa bertentangan dengan apa yang kemudian ia inginkan. Olehnya itu dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa, hakikat kebebasan yang sebenarnya pada si fulan adalah determinis (terikat).

Sebagaimana contoh pada si fulan, begitupun juga hal ini kita akan temukan pada segala aktifitas manusia yang lainnya. Bahwa, hakikat kebebasan yang sebenarnya dianggap manusia itu bebas dalam mentukan apa yang kemudian ia inginkan semuanya adalah tidak lain dari sebuah determinis.

Catatan: Kata determinis di sini, tidak menegasikan bahwa manusia secara penciptaan adalah makhluk yang bebas, sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya. Pengkajian ini hanya merupakan sebuah analisis tentang bagaimana gaya hidup manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun