Mohon tunggu...
Riski
Riski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha belajar untuk menjadi pelajar yang mengerti arti belajar

Ada apa dengan berpikir?

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Logika: "Apakah Ada Partikular dan Universal di luar Akal?"

10 Februari 2024   14:55 Diperbarui: 10 Februari 2024   15:04 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa konsep partikular dan konsep universal adalah dua konsep yang di pakai dalam menetapkan status konsep yang hadir pada akal. Misalnya; ketika gelas eksternal hadir pada akal sebagai sebuah konsep, akal menetapkan status partikular dan universal pada konsep gelas tersebut berdasarkan kondisi dan keadaan konsep gelas itu sendiri. Penetapan status partikular oleh akal pada gelas, karena kondisi dan keadaan gelas tersebut pada akal bersamaan dengan karakteristik kegelasan yang membuat dirinya (gelas) terbedakan dengan gelas lainnya. Sedangkan penetapan status universal pada konsep gelas, karena kondisi dan keadaannya pada akal tidak termuat dengan karakteristik kegelasan pada dirinya. Pertanyaan kemudian hadir, kalau seperti itu lantas predikasi partikular dan universal pada objek eksternal itu bagaimana, apakah pada objek eksternal juga termuat partikular dan universal ataukah tidak? dan jikapun tertolak ia tidak dapat dipredikasikan ke objek eksternal, lantas apakah mungkin predikasi konsep terjadi pada sesuatu yang bukan dari dirinya?. Terkait pertanyaan tersebut, jawab ini nantinya juga akan menjawab problem, apakah partikular dan universal itu di persepsi dan di abstraksi dari objek yang menjadi acuannya atau tidak? Karena diantara pertanyaan-pertanyaan tersebut memiliki titik temu nantinya dalam menjelaskan posisi partikular dan universal baik pada konsep akal maupun pada objek eksternal.

Dalam pembahasan sebelumnya telah di jelaskan bahwa predikasi partikular pada objek eksternal terjadi di akal. Karena, kehadiran konsep sesuatu tersebut pada akal bersamaan dengan karakteristiknya. Sedangkan predikasi partikular pada sesuatu objek eksternal dapat terjadi, karena karekteristik yang dimiliki oleh objek ekternal. Artinya bahwa disebut partikular pada suatu objek bukan karena termuat partikular di dalam objek tersebut, yang kemudian ditetapakan ia partikular, tetapi ditetapkannya partikular ialah; karena karakteristik yang termuat pada dirinya. Misalnya konsep gelas, sebagaimana yang telah di jelaskan pada penjelasan sebelumnya di atas. Dimana dari konsep gelas, akal menetapkan ia sebagai partikular karena karakteristinya, buka karena kepartikularannya---sebab, gelas bukanlah benda partikular, melainkan benda yang secara makna menunjuk pada esensi gelas dan secara karakteristik menunjuk pada sifat dari kegelasan dirinya, bukan menunjuk pada kepartikularan dirinya.

Selanjutnya ialah konsep universal; Begitu pula dengan konsep partikular, konsep universal, seperti yang telah di jelaskan juga di atas, bahwa penetapan universal pada suatu konsep yang hadir pada akal bukan karena konsep tersebut pada objek eksternalnya juga terdapat universal, sehingga akal melakukan abstraksi dan mengabil konsep universal itu dari objek eksternalnya. Konsep universal merupakan konsep yang diperoleh di akal, dan bukan merupakan hasil abstraksi (baca: dimaksud konsep universal bukan hasil abstraksi ialah, karena abstraksi hanya mungkin terjadi pada konsep yang hadir pada akal dengan karakteristiknya--sedangkan universal sebagai konsep akal tidak memiliki karakteristik, yang kemudian akan dijadikan objek abstraksi) dari objek eksternal. Sebab, kita tidak menemukan universal di realitas eksternal, baik ia independen di luar maupun ia dependen (terikat dengan individu-individu lain).  Misalnya konsep batu. Batu disebut konsep universal bukan karena batu tersebut universal. Disebut universal pada batu karena konsep tersebut tidak menyimpan keadaan karakterisitik kebatuan bersamanya, yang ada hanyalah makna batu itu sendiri.

Terkait pernyatakan yang mengakan apakah predikasi konsep pada sesuatu yang bukan darinya konsep itu diperoleh, apakah hal itu tidak bertentangan dengan kaidah logika?. Dimana hal ini tidak melanggar hukum manapun pada logika, baik itu hukum identitas, kontradiksi, dan terangkatnya kemungkinan ketiga, serta hukum-hukum turunan lainnya. Sebagai contoh; misalnya kita mengatakan "manusia" pada individu "hewan yang berpikir". Dimana konsep manusia tidak kita temukan pada hewan dan berpikir--tetapi hal itu tetaplah mungkin dipredikatkan, kenapa bisa? Jawabannya ialah; karena adanya hubungan antara manusia dengan berpikir. Betipula sebaliknya antara partikular dan universal yang dipredikatkan pada konsep, misalnya mangga. Dimana antara konsep partikular dan konsep mangga merupakan dua sesuatu yang berbeda, mangga bukanlah partikular dan partikular bukanlah mangga. Namun, diantara keduanya dapat bertemu pada keadaan sifat mangga. Karena definisi dari partikular ialah konsep yang dapat diterapkan pada suatu objek bersamaan dengan karakteristiknya. Olehnya itu, dikarenakan mangga memiliki karakteristik, maka pikiran dapat menetapkan konsep partikular pada mangga. Begitu juga pada konsep universal dan konsep mangga. Antara konsep universal dan konsep mangga adalah dua sesuatu berbeda, mangga bukan universal dan universal bukanlah mangga. Namun, kedua konsep dapat bertemu pada makna, yang itu termuat pada mangga. Sebab konsep universal dan konsep mangga dapat bertemu pada makna, ialah karena definisi dari konsep universal ialah konsep yang dapat diterapkan pada banyak individu yang memiliki kesamaan makna, dan tidak menyimpan karakteristik individu tertentu.

Olehnya itu dari pembahasan partikular dan universal di atas jelaslah sudah bahwa ke dua konsep tersebut bukan merupakan konsep falsafi. Hal ini dikarenakan konsep partikular dan konsep universal adalah dua konsep yang tidak dapat diterapkan pada objek-objek eksternal, predikasi partikular dan universal hanya terjadi di akal, sedangkan konsep sesuatu yang disebut partikular dan universal predikasinya itu keluar. Misalnya konsep mangga partikular dan konsep mangga universal. Dimana predikasi partikular pada mangga hanya berlaku di pikiran, tetapi predikasi mangga dengan karakteristinya berlaku ke objek ekternal mangga. Begitu juga pada konsep universal dan mangga itu sendiri. Predikasi universal pada mangga hanya berlaku pada pikiran, sedangkan predikasi mangga sebagai makna pada konsep yang telah terlepas dari karakteristiknya dapat diterapkan pada objek mangga A, B, C, D, dan mangga-mangga lainnya. Inilah kemudian kenapa partikular dan universal tidak masuk dalam konsep falsafi. Karena, kembali lagi sebagaimana yang dimaksudkan dengan konsep falsafi ialah dari akal diterapkan ke luar. Salah satu contohnya, seperti konsep mangga yang dapat diterapkan pada tiap-tiap objeknya di realitas eksternal. Dimana konsep mangga yang dapat diterapkan pada banyak objek eksternal inilah yang disebut konsep falsafi, karena diperolehnya di akal dan diterapkannya ke objek ekternal, mangga A, B, C, dan lainnya, yang mana setiap mangga di realitas eksternal tersebut, selalu terindividuasi dengan dirinya masing-masing.

Jadi, dari penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa partikular dan universal bukan merupakan konsep mahiyah dan konsep falsafi, tetapi konsep logika. Karena partikular dan universal sebagai konsep akal, selain diperoleh dari akal juga sisi penerapannya juga hanya terjadi pada akal. Untuk penjelasan lebih lanjut terkait bagaimana proses akal memperoleh konsep partikular dan konsep universal, hal itu akan penulis bahas nantinya pada artikel selanjutnya. Sebab, tujuan dari tulisan ini ialah hanya untuk melacak apakah partikular dan universal itu masuk pada konsep falsafi, mahiyah, ataukah konsep logika, serta bagaimana hubungannya dengan keadaan objek eksternal.

Masih dalam pembahasan konsep, sebagaimana yang penulis jelaskan di atas terkait konsep universal. Penulis memiliki definisi yang berbeda terhadap konsep universal. Ketika kita membicarakan konsep universal, selalu saja definisi yang sering kita pakai ialah "konsep yang dapat diterapkan pada banyak objek". Sebagaimana hasil analisis penulis, bahwa definisi yang dipakai dalam menjelaskan konsep universal masih bersifat simplistis (terlalu menyederhanakan). Alasan dibalik hal itu ialah, jika definisi konsep universal adalah dapat diterapkan pada banyak objek berdasarkan kesamaannya, maka objek yang hanya satu di realitas eksternal tidak dapat diterapkan konsep universal. Misalnya, Matahari dan bulan. Olehnya itu penulis memiliki definisi tersendiri terkait konsep universal. Menurut penulis definisi yang tepat ialah "konsep yang dapat diterapkan pada satu objek atau lebih yang tidak bersamaan dengan karakteristik objek tersebut". Dengan definisi tersebut, maka entitas objek yang hanya satu di realitas eksternal dapat dikenakan konsep universal. Sebab, predikasi universal pada konsep yang diperoleh dari realitas eksternal, bukan pada banyaknya satuan yang akan diikat oleh konsep universal, tetapi pada predikasinya pada objek dengan tidak menetapkan karakteristik dari objek tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun