Mohon tunggu...
Risky Eko Yuliyanto
Risky Eko Yuliyanto Mohon Tunggu... Security - Profesi Anggota TNI KC, Anggota Satpam

Berusaha menjadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Diteror oleh Rasa Jenuh

28 Agustus 2018   22:41 Diperbarui: 28 Agustus 2018   22:44 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala itu senja. Dimana langit yang berwar oaranye menebar pesona didepan mata. Matahari yang lambat laun mulai tenggelam menyisahkan sisa sisa cahaya. Di bawah langit yang indah itu, adalah sebuah tempat penampungan yang digunakan untuk menampung para pejuang untuk menjemput harapan. 

Terletak didaerah kebumen. Berdiri sebuah bangunan sederhana yang cukup sempit untuk menampung para pejuang harapan. Jumlah mereka mencapai puluhan. Seperti Londo dan Rondo, mereka semua berasal dari berbagai daerah. Tak hanya dari daerah terdekat, peserta bahkan ada yang dari daerah terjauh. Seperti Sulawesi, Bandung,Bogor.

Mereka semua berkumpul dalam satu wadah dan satu nasib. Kemudian menjadi saudara karena mengerti situasi dan kondisi mereka masing-masing. Rata-rata mereka sama. Sama-sama memiliki angan-angan dan harapan.

Perut itu sudah tidak bisa ditahan lagi. Suaranya keluar meminta untuk diisi nasi. Entah mengapa dengan nasib ini. Sejak pagi hingga sore hari jatah nasi belum diberi.

Petugas lapangan bilang, selama masih dipenampungan hingga keberangkatan sampai tujuan. Makan tiga kali sehari sudah ditanggungi. Dengan bekal uang yang minim. Terpaksa dari masing-masing mereka mencari warung untuk membeli nasi. Janji itu pun tidak terpenuhi.

Londo dan Rondo berkeliling menemui setiap orang yang ada. Menemui dan menyapa. Berharap dengan itu bisa lebih mengenal dan akrab. Mencari teman untuk diajak bicara. Berbincang-bincang dan berkeluh kesah mengenai jatah makan. Sesekali menanyai tentang pekerjaan disana seperti apa. Kepada orang yang berpengalaman. Mereka mendapat sedikit gambaran tentang pekerjaan mereka nanti.

Pekerjaan disana berat. Tentunya gaji disana besar. Namun dengan fasilitas-fasilitas yang sudah dijanjikan oleh perusahaan dan petugas lapangan (PL). Mereka pikir tidak rugi jika kebutuhan mereka terpenuhi. 

Sudah dua hari mereka berada di penampungan dengan tidak melakukan apa apa. Sedang peserta kian bertambah. Sesekali datang satu keluarga dengan membawa banyak barang seperti rice cooker dan entah apa lagi yang tersembunyi di dalam karung besar selain tas koper yang berisi pakaian. 

Suasana jenuh mulai meneror mereka. Rasa lelah dan lapar mulai membuat mereka merasa stress. Ada yang tidur tiduran. Ada pula yang duduk diterasan. Adapun yang nongkrong diwarung sembari ditemani rokok dan kopi. Segelintir bermain di sungai. Sebagian menjelajah kampung. Londo dan Rondo berburu warung. Satu orang dari mereka kabur dari camp penampung.

Petugas Lapangan hilir-mudik sejak tadi. Beberapa jam menghilang, beberapa jam kemudian datang. Sedangkan para peserta berharap nasi segera datang. Petugas Lapangan sesaat muncul dengan membawa pendatang. Yang baru akan bergabung bersama kami yang kemarin sudah datang sejak petang.

Nasib terlantar di penampungan bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Bahkan ini adalah hal yang melelahkan. Dengan menahan lapar jiwa sedang merasa bosan. Melainkan kondisi dan tempat mulai tidak menyehatkan. Beberapa penyakit mulai bertebaran.

Rasa kesal dan kecewa. Prasangka buruk terhadap agen atau petugas lapangan mereka. Ketidak percayaan mulai membuat mereka merana. Berpikir akankah ini lancar semua ? Ingin kabur bahkan tak kuasa. Sedangkan geografis mengharuskan mereka tetap berada disana. Jauh masuk ke dalam desa. Sinyal hp atau internet pun tak berguna.

Akses menuju kota  atau pulang pun lupa. Rela atau tidak rela mengharuskan mereka bersusah payah.

Kembali muncul petugas lapangan dengan membawa nasi bungkus dengan jumlah banyak. Akhirnya rasa dahaga dan lapar mereka tertutupi meski kurang. Karena dalam satu hari mereka hanya diberi makan sekali.

Setelah makan selesai. Sudah dua hari Londo dan Rondo beserta peserta lainya berkumpul di dalam satu ruangan atas perintah petugas lapangan. Mereka diberi arahan dan pengecekan peserta yang memiliki masalah dengan identitas KTP. Tidak semua dipanggil untuk menghadap kepada anggota staff perusahaan. Hanya beberapa diantara mereka ditolak untuk berangkat lantaran 

Bukan berarti identitas mereka yang bermasalah batal berangkat. Hanya saja mereka diasingkan dan diberangkatkan dengan jalur yang lebih berbeda. Mereka dipisah dari rombongan yang sudah secara resmi diterima. Dan diberangkatkan setelah yang resmi berangkat menuju tahap berikutnya.

Dengan menggunakan bus kelas ekonomi. Londo dan Rondo rupanya tidak kebagian tempat duduk. Mereka berdua berdiri selama perjalanan dengan jarak tempuh Kebumen ke Surabaya. Nasib tidak menguntungkan tersebut lagi lagi menelan korban. Mau tidak mau Londo dan Rondo secara terpaksa berdiri sampai tujuan.

Sedangkan identitas mereka yang bermasalah dikirim menuju Banjarmasin tempat penampungan yang lain. Dengan menggunakan mobil travel. Secara pahit mereka harus berpisah dari teman rombongan mereka yang sudah bersama sejak awal dari rumah mereka.

Bersambung....

Baca juga bagian pertama dibawah ini !

Pikir Ku Itu Adalah Sebuah Harapan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun