Untuk kamu, yang selalu ada untukku
Hai, apa kabar? Aku menulis ini hanya karena aku rindu. Pernahkah kau merasakannya? Aku harap kau kan selalu merindukanku, atau setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis.
Cinta kita hanyalah cinta monyet. Cinta yang tumbuh dibawah atap tempat les. Cinta yang terus tumbuh hanya karena memandang dari jauh. Cinta yang terus tumbuh walau kita tak saling bertegur sapa. Aku masih bisa merasakannya walau hanya sedikit. Masih sangat ingat, betapa indahnya kebun teh. Aku hanya bisa bersembunyi sambil memeluk dibalik punggungmu. Kau tidak tahu, seberapa banyak aku tersenyum saat itu..
Aku tidak peduli, apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Kau juga bukan kekasih pertamaku. Tapi percayalah, kau membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya. Kau membuat aku belajar tumbuh menjadi perempuan dewasa.Â
Untuk kamu, yang selalu ada untukku.
Maaf aku sering bahkan selalu membuatmu muak akan sikapku. Yang sering mengeluh, mengabaikanmu. Kau selalu mengingatkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, maafkan aku..
Perjalanan memang kadang membuat aku terbang terlalu tinggi lalu jatuh. Dan terimakasih, kamu telah menjadi perjalananku selama masa SMAku, aku harap kau dan aku akan selalu berada diperjalanan yang sama. Aamiin. Sekali lagi, terimakasih. Untuk pernah hadir dan tetap disini..
Untuk kamu, yang selalu ada untukku..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H