C. Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional Minangkabau yang sering digunakan dalam pertunjukan sastra lisan. Selain itu, saluang juga merupakan bagian dari sastra lisan yang berfungsi untuk mengiringi nyanyian atau syair-syair tradisional. Dalam pertunjukan ini, pemain saluang akan memainkan alat musik sambil menyanyikan syair atau lagu-lagu yang menceritakan kehidupan sehari-hari, kisah cinta, atau nasihat-nasihat hidup.
Saluang sering digunakan dalam berbagai acara tradisional seperti pesta adat, acara pernikahan, atau dalam pertemuan masyarakat. Syair yang dibawakan menggunakan saluang juga sering mengandung pesan moral dan ajaran hidup yang diterima oleh masyarakat.
D. Barzanji dan Marhaban
Barzanji dan Marhaban adalah bentuk sastra lisan yang sering ditemukan dalam acara keagamaan atau perayaan tertentu di Minangkabau, terutama dalam rangkaian acara pernikahan atau kelahiran. Barzanji adalah syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan marhaban adalah doa yang dipanjatkan untuk keselamatan dan kesejahteraan. Kedua bentuk sastra ini disampaikan dalam bentuk nyanyian atau pembacaan secara lisan yang dilantunkan dengan irama yang khas.
Sastra lisan seperti ini tidak hanya berfungsi sebagai media ibadah, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan sosial dan kekerabatan dalam masyarakat.
II. Sastra Tulisan Minangkabau
Selain sastra lisan, sastra tulisan juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan budaya Minangkabau. Sastra tulisan Minangkabau lebih berkembang setelah pengaruh dari Islam dan kebudayaan Barat mulai masuk ke dalam masyarakat. Sastra tulisan ini berkembang melalui media seperti buku, surat kabar, majalah, dan tulisan lainnya yang ditulis dalam bahasa Minangkabau maupun bahasa Indonesia.
Beberapa bentuk sastra tulisan yang khas dari Minangkabau antara lain:
A. Syair dan Puisi
Syair Minangkabau adalah bentuk puisi yang dipengaruhi oleh tradisi sastra Islam. Syair ini sering kali mengandung ajaran moral dan keagamaan, serta mengandung unsur-unsur sastra Arab. Dalam tradisi Minangkabau, syair sering kali ditulis untuk mengungkapkan perasaan hati, terutama dalam perayaan-perayaan besar, seperti pernikahan, kelahiran, atau peringatan hari besar Islam.