Kau dijuluki syurganya dunia fana
Pesona yang anggun berkaca permata
Tak sia Tuhan memberinya...sebab dalamnya penuh kenikmatan
Kau jua dijuluki negeri nan elok...sebab memang elok adanya
Rakyatmu hidup penuh tegur sapa penghias surga
Berdiri di atas bermacam ke-elokan suku Budaya,
Agama,
Karya, dan sastra.
Sungguh negeri yang bergelimang cinta, tegak atas dasar kesatuan
Harum tanahnya pun membawa kesejukan jiwa nan gersang
Siapapun mereka, akan terkesima tuk memilikinya
Negeri yang penuh dengan uluran tangan sang penerima tamu
Namun kini matahari iba melihatmu, sebab ada pengkhianat di dalamnya
Bahkan cahaya matahari hampir tak rela menyinarimu lagi.
Bumi yang permai kini dikhianati tuannya.
Sungguh malang engkau wahai negeri nan permai
Tuanmu menumpahkan tinta hitam penuh nanah dan noda
Padahal mereka hanya segelintir para pengkhianat negeri
Sungguh keji sang pemikir radikal berontak
Hilang rasa cinta ... seperti julukan sang pelindung negeri
Kau tumpahkan rasa resah bergerah disetiap darah mengalir
Menumpas kebajikan dalam dalil kebajikan
Kau tunjukkan ketidakpuasan hati penuh dengki
Kau tinggalkan derai air penuh ketakutan pada saudara
Oh Tuan ... sekira apa terbesik dalam benak sang penantang??
Sehingga saudara kau pandang selayaknya hewan buas yang hak di tebas
Bahkan kini matamu tak sedap lagi dinikmati..mata penuh kekejian
Tidakkah kau rindu negeri yang permai itu??
Wahai tuan yang bertutup muka...
Sekiranya penuh ketakutan hatimu memberontak,
Sehingga kau tak berani menampakkan wajah.
Bahkan mata hatimu t'lah tertutup pula oleh penutup dengki
Seluruh air mata mendoakan kesadaran sang tuan
Pulanglah, jangan kau gempur rumahmu sendiri
Cintailah negerimu...
Seperti kau mencintai cita-citamu untuk negeri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H