Kesehatan mental dan fisik juga memainkan peran penting dalam perkembangan sosial-emosional. Anak-anak yang sehat secara fisik dan mental cenderung lebih mudah untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan belajar mengelola emosi mereka. Adapun sebaliknya, gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau ADHD yang dapat menghambat perkembangan sosial-emosional. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan suatu gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif, Kondisi ini dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan dukungan kesehatan mental yang tepat untuk mendukung perkembangan sosial-emosional yang sehat.
 6. Budaya dan Nilai Sosial
      Budaya dan juga nilai sosial mempengaruhi bagaimana cara individu memahami dan mengekspresikan emosi serta bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Nilai-nilai budaya seperti individualisme atau kolektivisme dapat mempengaruhi cara individu membangun hubungan sosial dan mengelola emosi mereka. Misalnya, dalam budaya kolektivis, hubungan sosial dan harmoni kelompok lebih ditekankan dibandingkan dengan budaya individualis yang lebih menekankan pada pencapaian pribadi dan ekspresi diri.
 7. Ekonomi dan Status Sosial
       Kondisi ekonomi dan status sosial juga bisa mempengaruhi perkembangan sosial-emosional. Anak-anak dari keluarga yang  berstatus sosial-ekonomi rendah mungkin menghadapi lebih banyak tantangan, seperti kurangnya akses ke pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan, dan lingkungan yang aman. Faktor-faktor ini juga dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengembangkan keterampilan sosial-emosional yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan.
 8. Pengaruh Media dan Teknologi
       Dalam era digital saat ini, media dan teknologi memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan sosial-emosional. Media sosial, permainan video, dan konten-konten online dapat mempengaruhi persepsi individu tentang hubungan sosial dan emosi. Sementara beberapa aspek dari media dan teknologi dapat memberikan manfaat, seperti konektivitas sosial dan akses ke informasi, ada juga risiko yang terkait, seperti isolasi sosial, cyberbullying, dan ekspektasi yang tidak realistis.
 9. Pengalaman Hidup
      Pengalaman hidup seperti trauma, keberhasilan, atau kegagalan yang membentuk respons emosional dan keterampilan sosial. Pengalaman-pengalaman ini dapat mempengaruhi cara individu mengatasi stres, membangun hubungan sosial, dan mengatur emosi mereka. Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental sangat penting dalam membantu individu pulih dari pengalaman traumatis dan mengembangkan keterampilan sosial-emosional yang sehat.
Kesimpulannya :
     Perkembangan sosial-emosional dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Faktor genetik, lingkungan keluarga, pengalaman sosial, pendidikan, kesehatan, budaya, ekonomi, media, dan pengalaman hidup semuanya berperan penting dalam membentuk kemampuan sosial dan emosional individu. Untuk mendukung perkembangan sosial-emosional yang sehat, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan responsif terhadap kebutuhan emosional dan sosial individu. Dengan memahami dan mengelola determinan-determinan ini, kita dapat membantu individu dalam mengembangkan keterampilan sosial-emosional yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.