Dari kedua grup tersebut, apakah kalian juga bisa melihat bagaimana bentuk pertemanan yang terjalin? Manakah grup yang hubungannya lebih solid? Bahkan dari gambaran yang saya berikan mungkin sudah terbayangkan apa isi obrolan di dalam grup pertemanan tersebut. Bagaimana mereka menyikapi saat ada yang tak sepakat atau tak sependapat.Â
Mungkin hal ini terkesan kecil, bukan juga perihal merasa keberatan saat tidak berada dalam grup ketika yang lain ada. Namun hal ini menjadikan kita bisa melihat bagaimana bentuk kompromi dan menghargai dalam sebuah pertemanan. Setidaknya kita bisa menilai apakah pertemanan ini hanya didasarkan pada yang bisa sepakat atau bisa tetap berjalan sekalipun kita berbeda.
Entah apapun profesinya, apapun status sosialnya, apapun asal usulnya selama dengan mereka, kita merasa berada di lingkungan yang nyaman ketika kita bisa saling berkompromi satu dengan yang lainnya dan disanalah kita menemukan indahnya bentuk pertemanan.Â
Karnea bentuk nyaman juga bisa berarti secara luas. Bagi seorang yang introvert, tidak pernah dipaksa untuk berada di tengah kebanyakan orang menjadi hal yang nyaman. Bagi typical yang extrovert, dibiarkan menghabiskan energinya entah apapun bentuk yang sukainya tanpa di judge adalah hal yang nyaman. Bagi yang sudah berumah tangga, tak pernah ikut acara pertemuan namun tetap selalu dirangkul adalah sebuah bentuk kenyamanan. Disinilah kita akan bertahan dalam pertemanan yang tak akan habis digerus masa ke masa.
Semua perihal bagaimana kita berkompromi satu sama lainnya. Kita sadar bahwa dunia selalu bergerak dan bertumbuh seiring waktu begitu juga teman-teman disekitar kita. Sejauh apa kita berkompromi, sejauh itulah usia pertemanan kita akan berlangsung.
Tidak perlu takut saat  circle petemanan semakin sempit. Lebih baik memiliki satu namun punya seribu pemikiran yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H