Saya dan keluarga bahkan selalu berkomunikasi secara probadi kepada dokter yang merawat ayah atas apa yang ingin kami tanyakan dan perihal kondisi ayah. Karena penanganan untik virus covid ini berbeda-beda pada setiap pasiennya. Dan yang saya pelajari saat merawat ayah saat itu adalah bagaimana kesehatan mental adalah salah satu faktor pendukung kesembuhan yang utama. Entah untuk pasien atau keluarga pasien.
Bayangkan saja bagaimana seorang pasien covid yang membaca informasi negatif perihal virus itu. Â Bagaimana jika keluarga pasien yang harusnya menguatkan justru membuat pasien harus semakin tidak percaya sedangkan pasien sendirilah yang haru berjuang melawan penyakit tersebut untuk bisa sembuh? Bukankah hal demikian hanya akan menurunkan optimisme kesembuhan pasiennya?
Saat itulah kami sekeluarga belajar menanggapi kondisi pandemi ini. Bagaimana kami berkomunikasi dan menghargai pendapat kami masing-masing namun dengan satu keyakinan yang sama yaitu sepakata menjaga kesehatan bersama. Yang saya syukuri saat itu adalah kami tidak mencari informasi ke luar. Apa yang kami tidak yakini  atau kami tidak mengerti pada awalnya menjadi terjawab dengan bertanya pada pihak yang mengerti secara ilmu dan praktiknya. Itu cara terbijak yang kami lakukan dan solusi terbaik atas perbedaan pemikiran kami pada awalnya.
Mungkin dari cerita keluarga kami bisa menjadi contoh sederhana bahwa pentingnya mengetahui cara berkomunikasi dan menghargai satu sama lain adalah cara paling bijak untuk melalui ini secara bersama.
Pada dasarnya, kita berada ditujuan yang sama. Kita semua ingin dunia kembali seperti sedia kala. Bukan saatnya untuk saling memaksakan dan meyakini mana pemikiran atau cara yang benar menghadapi ini. Situasi hidup yang dihadapi setiap orang berbeda-beda. Tidak semua yang tidak peduli melakukan itu karena tidak peduli. Mungkin mereka butuh edukasi yang bisa dikomunikasikan sesuai dengan kondisi yang mereka hadapi. Jangan mendebat mereka saat kita sendiri bukanlah seorang ahli. Ajak mereka bertanya dan mencari tahu keraguannya ke mereka yang tahu hal ini secara pasti. Sebarkan informasi yang membangun rasa kebersamaan bukan informasi yang saling menyudutkan. Tidak semua hal bisa diubah dengan cara yang kasar atau menyindir di media sosial. Yang berubah bukan pemikiran mereka namun justru memecah persaudaraan kita sendiri. Biacaralah dengan memahami terlebih dahulu siapa yang kita ajak bicara. Setidaknya begitulan cara terbijak yang bisa kita lakukan di lingkungan sekitar kita.
Mari selalu menggunakan masker dengan benar, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas untuk menjaga diri kita sendiri. Saat semua dari kita berusaha menjaga diri setidaknya kita mengurangi risiko menyakiti keluarga atau orang sekitar kita yang lebih rentan terkena virus ini. Kita tahu tidak semua dari kita mengenal betul kondisi tubuh kita dan penyakit apa yang ada dalam tubuh kita. Akan lebih baik jika kita selalu mawas diri bukan?Â
Ayo saling berkomunikasi dengan cara yang lebih menghargai. Mari bijak bersama menghadapi pandemi untuk Indonesia agar bisa pulih kembali.
Salam hangat dan salam sehat untuk kita semua. Mari saling membantu untuk bisa bertahan hidup demi masa depan kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H