Body  shaming. Issue yang  satu ini sepertinya tidak akan pernah habis di makan zaman ya . Apalagi di era digital sekarang, kasus  atau komentar perihal issue tersebut bahkan menjadi topik yang sangat mudah ditemui di media-media sosial.
Dan pada kenyataaannya, dalam kehidupan masyarakat pun issue ini sudah sangat normal untuk dijadikan topik pembicaraan. Sesederhana kalimat, "kamu gendutan ya??" Atau "kok kurus banget sih?" Sederhana mungkin bagi yang bicara tapi belum tentu  berlaku serupa bagi yang  ditanya.
Berkomentar perihal tubuh seseorang meskipun hanya pembicaraan empat  mata apalagi jika dibahas di depan banyak mata, bukankah terasa kurang pantas? Entah maksud hati bukan menilai negatif, namun tubuh kita bukanlah hal yang sewajarnya jadi bahan atau topik pembahasan orang lain bukan?Â
Setiap orang pasti ingin memiliki tubuh yang ideal. Namun setiap  orang juga punya cara kerja tubuh yang berbeda-beda. Itulah mengapa kita terlihat beragam. Ada mereka yang makan sebanyak apapun namun tak berpengaruh pada bentuk badannya. Ada yang berat badannya terlalu mudah naik bahkan hanya karena satu  dua kali tidak mengontrol pola makannnya. Ada juga yang seberapa banyak yang dikonsumsi sebanyak itu pula tubuhnya mengikuti dan mereka menikmati tubuhnya yang seperti itu.
Kita tidak tahu pasti  bagaimana cara tubuh setiap orang bekerja. Apa yang terlihat dari luar  bukanlah hal akurat yang bisa menunjukkan bagaimana seseorang menjalani kehidupannya.
Ada yang setelah putus cinta lalu bentuk  tubuhnya makin berisi dan alhasil dikomentari, "Kok habis  putus malah gendutan? Dulu gak bahagia ya?"
Atau ada juga yang sebaliknya. Patah hati dan berat badannya terlihat menurun. Yang seperti ini pun pasti akan  dikomentari.  "Patah hati banget ya sampai kurusan begitu sekarang."
Entah tubuh mereka memperlihatkan kenaikan atau penurunan setelah apapun yang mereka hadapi bukanlah sesuatu hal yang pantas untuk dikomentari  secara verbal. Lebih manusiawi rasanya jika kita memberi dukungan untuk apapun yang sedang dihadapi, bukanlah mencari bahan lain yang bisa saja menambah luka bagi diri mereka sendiri.
Tidak hanya cara tubuh kita bekerja. Cara setiap orang mencintai dirinya sendiri pun berbeda-beda. Ada yang tak peduli berapun berat badannya, mereka hanya melakukan apa yang membuat mereka bahagia. Ada yang menjaga tubuhnya karena ingin mewujudkan mimpi yang ia  miliki. Ada yang mengikuti apapun suasana hati namun tetap selalu menjaga kualitas tubuhnya sendiri.
Kita  tidak berhak atas apapun yang terjadi pada tubuh orang lain karena kita pribadi-pun pasti merasa perihal tubuh  adalah hak dan privasi kita sendiri yang sangat tidak nyaman untuk  dijadikan topik pembicaraan orang lain.
Ada yang mungkin memberi komentar karena merasa peduli, tapi cara kita berkomentar perihal bentuk tubuh bukan  hal yang bisa diterima dengan baik oleh semua orang karena mental setiap orang pun berbeda-beda. Lebih nyaman rasanya jika kita memberikan ucapan seperti, "jaga kesehatan ya" atau dukungan seperti "gendutan atau kurusan yang penting tetap sehat ya". Lebih nyaman kan untuk di dengar?
Men-judge mereka yang tubuhnya berisi karena tidak peduli sama dirinya sendiri, atau menilai mereka yang bertubuh kurus karena tidak bahagia dengan kehidupannya sendiri adalah simpulan-simpulan yang terlalu dini untuk menilai kehidupan dan cara seseorang mencintai dirinya sendiri. Sekali lagi, kita tidak pernah tau apa yang orang lain alami dan apakah itu mempengaruhi diri mereka secara fisik. Jadi, stop berkomentar dan menilai diri orang lain hanya dengan sudut pandang kita sendiri.Â
Mari belajar untuk menjadi lebih manusiawi dengan menghargai orang lain sebagaimana kita ingin dihargai.
"Kita tidak bisa menyamakan semua hal hanya karena kita sama-sama manusia."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H