Satu hal lagi yang kuingat tentang masa sekolahku dan bulan puasa. Saat jam pelajaran olahraga. Kami yang berpuasa selalu diberi toleransi. Bapak guru akan memberi pengumuman di awal jam pelajaran tentang itu. Beliau akan memaklumi jika kami yang berpuasa tak mengikuti kegiatam secara penuh.Â
Kami menghargai toleransi itu tapi bukan berarti kami menjadikan hal itu sebagai alasan untuk manjadi anak manja. Kami terbiasa melakukan dan mengikuti pelajaran sebagaimana biasanya tapi tetap semampu kami.Â
Dan terkadang semangat dari kawan-kawanku menjadikanku lebih kuat saat itu. Dan kalimat yang sering aku dengar dari mereka setelah jam pelajaran olahraga selesai adalah,"kamu gak capek?" Mengingatnya saja membuatku tersenyum. Sungguh keluguan dari kami yang masih kanak-kana kala itu.
Masuk ke usia dewasa, suka citanya sedikit berbeda namun aku semakin bisa melihat bagaimana sekitarku juga ikut menyambutnya bersama. Acara buka bersama misalnya. Acara wajib yang aku lakukan bergantian dengan beberapa kelompok teman.Â
Dan sebagian besarnya bahkan bukan dari kelompok sesama muslim. Tak jarang yang merencanakannya bahkan mereka. Mungkin alasannya hanya tentang acara makan bersama tetapi ada rasa toleransi yang kutemui di dalamnya.Â
Saat kami mengadakan acara buka bersama, mereka yang bahkan tak berpuasa dengan gigihanya ikut menunggu sampai jam berbuka. Tak jarang makanan sudah dihantarkan dan ditata cantik di depan meja makan meski waktunya berbuka masih 15 menit lagi bahkan pernah kami menunggu lebih dari itu.Â
Bagiku yang berpuasa, menunggu seperti itu adalah hal yang biasa tetapi belum tentu bagi mereka. Namun mereka melakukannya karena ingin merasakannya bersama.Â
Ketika di kantor, terkadang kita suka lupa waktu jika terlalu fokus bekerja. Tak jarang mereka yang tak berpuasa selalu menjadi alarm pengingatku. Mereka yang akan menegurku untuk bersiap menyiapkan buka ketika sudah menjelang waktu berbuka dan kami masih belum selesai bekerja.Â
Mereka bahkan memberikanku waktu menikmati santapan berbuka ketila sebenarnya saat itu sudah waktunya pulang kerja dan menutup kantor.Â
Ada kalanya mereka meminta maaf karena membuatku tak bisa berbuka bersama keluarga karena pekerjaan yang menumpuk saat itu. Sungguh aku merasa beruntung berada di lingkungan yang sangat sepengertian itu.
Ada beberapa dari mereka yang bahkan sangat antusias menyambut ramadhan karena itu tandanya ta'jil ramadhan akan segera hadir. Menyenangkan melihat di sepanjang jalan, ta'jil ramadhan bertebaran. Begitu kata mereka. Bahkan suasana itu yang mereka rindukan. Alasan sederhana, tapi membuat suka citanya semakin terasa.Â