Ini tentang kisah menyambut Ramadan di pulau Dewata, Bali. Pulau dengan sejuta keindahan alam menyegarkan dan beragam budayanya.Â
Lahir dan menetap di sini sebagai keluarga dari dua budaya membuat saya banyak memiliki cerita. Dan setiap gaung ramadan akan segera datang, beginilah saya mengingat semua suka citanya.
Ketika masih duduk di bangku sekolah dulu, banyak kisah-kisah lucu dari kami yang masih lugu. Bel tanda waktu istirahat siang tiba. Semua anak berbondong keluar kelas dan tak lama kemudian kembali ke kelas membawa hasil jajanan yang dibelinya di kantin sekolah.Â
Dahulu, tempat makan favorit kami adalah sebuah bangku yang letaknya berada di deretan depan, di tengah kelas, dan dekat dengan pintu. Kebetulan itu adalah bangku belajarku. Dan itu mengapa bangkuku selalu ramai dan penuh dengan suara tawa saat jam makan siang tiba.Â
Kalian tahu bagaimana ceritanya ketika saat itu bulan ramadan? Apa yang kalian pikirkan? Bangku dudukku akan sepi? Aku akan duduk menyendiri di kelas sedangkan yang lainnya menikmati makan siangnya?
Awalnya hampir terjadi seperti itu. Kawan-kawanku yang tidak melaksanakam ibadah puasa itu merasa harus menjauh dariku. Mereka takut akan mengganggu ibadahku. Namun hal itu tak berlaku padaku. Bahkan sejak aku masih duduk di bangku SD.Â
Aku selalu mengatakan kepada mereka, "tak apa, makanlah seperti biasa di bangkuku. Aku tak mau menjadi kesepian setiap bulan puasa datang." Begitu aku selalu meminta mereka untuk tak membedakan hari biasanya dan hari-hari ketika aku berpuasa.
Kalian tahu apa hal yang selalu kuingat? Ketika mereka selalu mengucapkan kata maaf sebelum mereka melakukan suapan pertama makan siang mereka. Sebuah ucapan tulus dari kawan-kawan kecilku yang bahkan mungkin pengetahuan tentang toleransinya belum cukup banyak.Â
Kami belajar menghargai sejak dini dan itu kisah yang selalu membuatku merasa beruntung berada di lingkungan beragam seperti ini.
Maka ketika aku mengingat kisah masa sekolahku yang teringat adalah keramaian di jam makan siang yang selalu aku nikmati sepanjang tahun entah itu di bulan puasa sekalipun.Â
Bahkan aku terbiasa untuk tetap datang ke kantin sekolah dan bersenda gurau bersama kawan-kawanku. Itu tak mengganggu sama sekali bagiku.