Mohon tunggu...
Riska Yunita
Riska Yunita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Be your own kind of beautiful

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Buktikan untuk Dirimu Sendiri

4 Mei 2019   07:53 Diperbarui: 4 Mei 2019   13:08 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia adalah seorang gadis biasa di tengah lingkungan yang luar biasa. Ada gadis-gadis biasa lainnya , tetapi yang luar biasa lebih mendominasi. Di masyarakat kita memberi predikat pada suatu kelompok, lingkungan, atau tempat adalah hal yang biasa. Membentuk doktrin yang terkadang terlalu hiperbola, nyatanya mungkin tidak seluar biasa itu. Buktinya gadis biasa itu bisa berbaur dan menjalani tiga tahun masa emasnya di lingkungan itu.

Predikat luar biasa untuk lingkungan itu menjadikan banyak orang yang meragukan langkah gadis biasa ini untuk bisa masuk di dalamnya. Ada yang beranggapan gadis ini terlalu angkuh memilih lingkungan yang di luar jangkauannya. Intinya meraka semua meragukan kemampuannya. 

Gadis itu tidak gundah atau memundurkan langkah sedikitpun. Karena mereka tak tahu apa tujuan sebenernya dan apa langkah yang gadis itu tetapkan. Biarlah mereka menilaiku seperti apa. Itu urusan mereka. Pikir gadis itu. 

Akhirnya sampailah gadis biasa itu di lingkungan yang orang biar luar biasa ini. Dia merasa bangga karena ia masuk dengan caranya sendiri, dengan kemampuannya sendiri karena setelah melangkah masuk lebih jauh ke dalam lingkungan itu, gadis ini menemukan banyak kenyataan yang membuatnya menjadi lebih bangga lagi pada dirinya sendiri.

 Lalu bagaimana gadis itu melalui hari-harinya di lingkungan luar biasa itu?

Sesuai pemikiran kalian. Tentunya lebih banyak lagi ia temui pandangan meremehkan dari orang-orang di dalam lingkungan itu. Tapi cara mereka lebih elegan. Tidak se-frontal orang luar yang hanya mengetahui lingkungan itu berdasarkan rumor di masyarakat saja.

Suatu waktu ada perlombaan yang diadakan di lingkungan itu. Gadis itu maju bersama beberapa orang kawannya untuk mewakili kelompoknya. Dengan antusiasme yang tinggi, gadis itu menyiapkan berbagai hal untuk amunisi perangnya. Siang malam dia bekerja demi hasil terbaiknya. Pada dasarnya seolah ia sedang berlomba sendiri, karena ia-lah yang menyusun segalanya, namun ia tak mempermasalahkannya selama tim-nya mau membantu mewujudkan rancangannya. Sampai akhirnya hari H tiba. Dia menjadi semakin sibuk. Melakukan ini itu untuk mewujudkan rancangan yang telah disusunnya. Dan kabar bahagianya hasil yang bahkan menurutnya tidak semaksimal harapannya itu berhasil mendapatkan predikat terabaik.

Namun tahukah apa yang terjadi setelah gadis itu berhasil menang dengan mewakili kelompoknya? Ucapan selamat. Tentu ia mendapatkan ucapan selamat. Tapi hanya dari tim yang membantunya. Dari mereka yang melihat perjuangan gadis itu secara nyata. 

Lalu bagiamana orang-orang lain di lingkungan itu? Mereka menyelamati orang yang berbeda. Di kelompok yang diwakili gadis itu ada sesorang yang dianggap luar biasa. Ya karena dia seorang yang diberi predikat ketua oleh mereka. Kebetulan perlombaan yang diselenggarakan saat itu terkait dengan bidangnya dan mereka sampailah di kesimpulan bahwa kolompok gadis itu menang karena ada ketua bidang itu di dalamnya. 

Sungguh itu hal yang paling menyakitkan yang pernah gadis itu dengar. Bagiamana bisa mereka tidak melihat keberadaan gadis itu hanya karena ditutupi sosok yang mereka akui. Ingin rasanya gadis itu berteriak memberitahukan semua orang tentang keberadaannya, kemampuannya. Bisakah mereka menjadi adil dan tak membedakan status yang biasa dan yang luar biasa? 

Gadis itu mengalami banyak pergejolakan. Ia mulai membenci mereka yang meremehkan. Ia mulai ingin membuktikan diri. Memperlihatakan bahwa ia mampu meski dia gadis biasa. Dan benar saja gadis itu mulai menjadi lebih aktif dari biasanya. Mengikuti lomba ini itu. Mengumpulkan sebanyak mungkin piagam penghargaan. 

Lalu apakah semua akhinya mengakui keberadaannya? 

Sayangnya tak ada yang berubah. Orang-orang itu tetap tak menoleh kearahnya. Tidak memberi selamat atau mengagumi kemampuannya. Mereka tetap berada di belakang orang yang sudah terakui secara nyata. Mereka yang paling luar biasa diantara yang luar biasa lainnya. Gadis itu mendapati dirinya melihat sosok gadis lain. Gadis cantik, gadis yang luar biasa, yang bahkan punya kemampuan mumpuni. 

Namun tahukah kalian? Gadis cantik itu bahkan hanya berpredikat wakil. Dan kalian tahu apa pertimbangannya? Karena gadis cantik ini tidak terlalu banyak memiliki relasi. Dia tidak terlalu berpengaruh di lingkungan itu. Hal itu membuat gadis biasa itu sadar tentang kriteria mereka di lingkungan ini. 

Dan beberapa tahun kemudian, gadis biasa itu mendapati dirinya melihat sosok-sosok mereka yang yang dulu tak pernah memandangnya. Gadis itu tersenyum. Kalian tahu apa yang dipikirkannya? 

"Terima kasih karena kalian aku menjadi seperti ini. Aku yang mampu berdiri kokoh dengan kemampuanku sendiri. Kalian pernah membuatku berusaha dilihat. Berusaha membuktikan diri untuk diakui. Namun ternyata pada dasarnya kita berada di kelompok yang berbeda. Kalian berada di kelompok orang yang menilai dari seberpengaruh apa mereka, sebanyak apa relasi mereka, seberapa besar kemampuan finansialnya. Sedangkan aku berada di kelompok orang yang melihat seberapa besar kemampuan mereka untuk meraih prestasi diri, kemampuan mereka untuk mengembangkan diri. Maka percuma jika aku membuktikan diri dan minta diakui oleh mereka yang berbeda kelompok dariku. Karena dasar penilaian mereka saja sudah berbeda. Buktikan saja untuk dirimu sendiri. Lampaui batasanmu sendiri. Jika kau semakin hebat bukankah yang pertama merasakan manfaatnya adalah dirimu sendiri? Urusan diakui adalah urusan nanti. Ketika menjadi sukses pun tak memastikan orang lain tak akan menghakimi lagi. Karena kita tak mampu mengendalikan penilaian orang terhadap kita. Cukuplah berfokus pada dirimu sendiri. Buktikan untuk dirimu sendiri."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun