Lalu apakah semua akhinya mengakui keberadaannya?Â
Sayangnya tak ada yang berubah. Orang-orang itu tetap tak menoleh kearahnya. Tidak memberi selamat atau mengagumi kemampuannya. Mereka tetap berada di belakang orang yang sudah terakui secara nyata. Mereka yang paling luar biasa diantara yang luar biasa lainnya. Gadis itu mendapati dirinya melihat sosok gadis lain. Gadis cantik, gadis yang luar biasa, yang bahkan punya kemampuan mumpuni.Â
Namun tahukah kalian? Gadis cantik itu bahkan hanya berpredikat wakil. Dan kalian tahu apa pertimbangannya? Karena gadis cantik ini tidak terlalu banyak memiliki relasi. Dia tidak terlalu berpengaruh di lingkungan itu. Hal itu membuat gadis biasa itu sadar tentang kriteria mereka di lingkungan ini.Â
Dan beberapa tahun kemudian, gadis biasa itu mendapati dirinya melihat sosok-sosok mereka yang yang dulu tak pernah memandangnya. Gadis itu tersenyum. Kalian tahu apa yang dipikirkannya?Â
"Terima kasih karena kalian aku menjadi seperti ini. Aku yang mampu berdiri kokoh dengan kemampuanku sendiri. Kalian pernah membuatku berusaha dilihat. Berusaha membuktikan diri untuk diakui. Namun ternyata pada dasarnya kita berada di kelompok yang berbeda. Kalian berada di kelompok orang yang menilai dari seberpengaruh apa mereka, sebanyak apa relasi mereka, seberapa besar kemampuan finansialnya. Sedangkan aku berada di kelompok orang yang melihat seberapa besar kemampuan mereka untuk meraih prestasi diri, kemampuan mereka untuk mengembangkan diri. Maka percuma jika aku membuktikan diri dan minta diakui oleh mereka yang berbeda kelompok dariku. Karena dasar penilaian mereka saja sudah berbeda. Buktikan saja untuk dirimu sendiri. Lampaui batasanmu sendiri. Jika kau semakin hebat bukankah yang pertama merasakan manfaatnya adalah dirimu sendiri? Urusan diakui adalah urusan nanti. Ketika menjadi sukses pun tak memastikan orang lain tak akan menghakimi lagi. Karena kita tak mampu mengendalikan penilaian orang terhadap kita. Cukuplah berfokus pada dirimu sendiri. Buktikan untuk dirimu sendiri."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H