Mohon tunggu...
riska watirahim
riska watirahim Mohon Tunggu... -

Lahir pada 21 juni 1995 dari perut ibundaku tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Keong Cipoet"

19 November 2013   07:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada istimewa hari ini, seperti hari biasa mencoba membuka selembaran demi selembaran buku mata pelajaran, mengirim tugas melalui email, dan praktik animasi di Laboratorium multimedia. Setelah semuanya telah kubereskan mencoba membuka akun fb ku dan ketika profilku terbuka ku mencoba mengetik pada kotak pencarian teman

“ Bintang Tegar Langit”

Senyum kecil yang kupaparkan pada depan layar monitor komputer melihat foto keren yang membuatku merasa berharga memilikinya dan disudut kanan foto itu bertuliskan

“ Keong Cipoet” kata istimewa yang belum pernah ia ceritakan padaku. Ku download foto itu dan kusimpannya pada Flashdisk dan ketika bel pulang berbunyi, menempuh sekitar 1 km dengan berjalan kaki menuju percetakan foto segera kuminta agar dicetakkan segera dengan ukuran 3R.

Hari demi hari kujalani dengan penuh semangat, foto kecil yang selalu kulampirkan disela lembaran bukuku dan kadang memandanginya dalam-dalam menimbulkan sejuta pertanyaan. Sore itu setelah shalat azhar kukirimkan sebuah pesan singakat untuknya aku berfikir mungkin kak keong adalah nama akrabnya jadi dengan jempol ku pencet tombol hpku.

“ kak keong…” pesan terkirim

“ iya…dimana kita tau nama sapaanku, bahagia rasanya mendengarnya” balasnya.

“ di foto profil” balasku kembali.

Ucapan bahagia yang ia lontarkan seakan membuatku tidak putus harapan untuk mempertahankan hatiku untuknya. Malam ini begitu sunyi tak satu pesan pun aku terima, hanya suara jangkrik yang terdengar merdu, tak ada bintang dilangit, begitupun bulan tidak ada lagi untuk menerangi hatiku, kumulai merasakan dinginya malam kuberanjak dari dudukku dan masuk menuju kamarku akupun terlelap.

Kesokan harinya pagi yang belum sempurna ku bersiap-siap untuk kesekolah dan memakai seragam putih abu-abu, kumelangkahkan kakiku menelusuri jalan tapak demi setapak dan akhirnya tiba di depan gerbang sekolah. Pelajaranpun berlansung seperti biasanya. Setiba di rumah kurebahkan badanku pada kasur menerpa bantal yang seakan sudah siap untuk menahanku, kuraih hpku dan mengirim pesan singkat untuknya tetapi ternyata pulsaku habis berusaha melawan rasa ngantukku dan meninggalkan kamarku yang pintunya dalam keadaan terbuka.

“ assalamu alaikum..bisa beli pulsa pak ??” sapaku di depan toko

“ iyah, sebut saja nomornya.” Katanya

“ 085255231***” jawabku

“ maaf saldoku habis” ucapnya

Astaga tanpa berfikir panjang aku menunjuk sebuah kartu perdana yang berisikan pulsa, tidak apalah, aku memakainya untuk sementara aku hanya ingin mengetahui kabar dari dirinya, akhir-akhir ini iya jarang sekali memberiku kabar kata sibuk mempersiapkan ujian skripsi, tapi tetap saja hatiku meronrong untuk mendengar kabar darinya, akupun kembali kekamar mengaktifkan kartu itu dan menyapanya kembali melalui pesan singkat.

“ kak keong…

“ iyah deg Cipoet” balasnya

Aku heran tidak biasanya ia memanggilku dengan sebutan itu semakin lama mencoba bertanya-tanya sebagai deg cipoet orang ia maksud itu bukan aku tapi orang lain.

Katanya “ jangan selalu marah-marah padaku, saya selalu berusaha menitipkan ucapan di kertas untukmu”. Sebuah kata-kata yang mampu menjawab semua pertanyaanku.

“ Keong Cipoet” kata yang bertuliskan disudut foto itu mengandung makna mendalam bagi mereka , ku mulai sadar tidak pantas hadir ditengah-tengah mereka, kataku aku hanya peri kecil yang kesepian. Harapanku aku hanya ingin di akui, itu saja tapi sekarang tidak lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun