Mohon tunggu...
Riska Rahmadewi
Riska Rahmadewi Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Hai! Saya adalah seorang penulis pemula yang penuh semangat dan selalu haus akan pengetahuan baru. Melalui blog ini, saya berbagi cerita-cerita inspiratif, tips praktis, dan refleksi pribadi tentang perjalanan hidup. Dengan gaya penulisan yang hangat dan autentik, saya berharap dapat menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada pembaca. Bergabunglah dalam perjalanan saya dan temukan keajaiban dalam setiap cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekuatan di Balik Cacat Fisik

18 Juli 2024   17:52 Diperbarui: 18 Juli 2024   17:58 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari perlombaan terakhir telah tiba. Pagi itu Siti bangun lebih awal dari biasanya, perutnya gelisah karena gugup. Dia dengan hati-hati mengenakan seragamnya, lalu memeriksa tanda yang ingin dia bawa. Lukisan itu merupakan hasil kerja keras selama berminggu-minggu, menunjukkan kekuatan dan keindahan dalam keberagaman, mencerminkan pengalaman hidupnya.

Ibu Aminah memandang putrinya dengan sangat bangga. "Siti ingat, apapun yang terjadi hari ini, di mata saya kamu sudah menjadi pemenang. "Kamu bekerja keras dan menunjukkan semangat yang luar biasa," ucapnya sambil memeluk Siti.

Di sekolah, suasananya sangat meriah. Siswa dari kelas yang berbeda memajang karya seni mereka di lobi utama. Lukisan, patung, dan masih banyak karya seni lainnya ditampilkan dengan indah. Siti melihat pekerjaan temannya dan merasa sedikit gugup namun juga termotivasi. Ia meletakkan papannya pada posisi yang telah ditentukan, lalu berdiri di samping menunggu juri menilai.

Saat juri mulai bergerak, Siti merasakan jantungnya berdebar kencang. Mereka berhenti di depan setiap karya, mengamatinya dengan cermat sebelum mendatangi lukisan Siti. Salah satu juri, seorang artis terkenal, perlahan tersenyum dan mengangguk. "Sulit dipercaya. "Lukisan ini memiliki kedalaman emosional yang langka," katanya. Siti merasa lega mendengar komentar positif tersebut, namun ia tetap merasa tegang saat menunggu hasil akhir.

Selanjutnya. Rasanya sudah lama sekali, saat yang ditunggunya akhirnya tiba. "Pemenang lomba seni tahun ini adalah...Siti!" serunya. Ruangan itu dipenuhi tepuk tangan dan sorak-sorai. Siti hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia berjalan ke atas panggung dengan langkah yang sedikit gemetar namun tetap memiliki senyum cerah di wajahnya.

Di atas panggung, Siti mendapat piala dan piagam penghargaan. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya saat melihat ibunya di tengah kerumunan sambil tersenyum bangga. "Kamu berhasil, Siti," kata Bu Aminah sambil berpelukan usai acara. "Anda telah menunjukkan kepada semua orang bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada tubuh fisik tetapi pada hati dan tekad."

Kemenangan ini tidak hanya mengangkat reputasi Siti tetapi juga memperluas wawasan banyak orang terhadap bakat dan ketekunannya. Lukisannya mulai dikenal luas dan ia mendapat undangan untuk memamerkan karyanya di galeri lokal. Siti merasa sangat bangga dan bersyukur mengetahui bahwa ia telah mengatasi segala keterbatasan dan mencapai impiannya.

Kemenangan Siti dalam kompetisi seni tingkat sekolah merupakan titik balik dalam karirnya. Sejak saat itu, banyak perubahan positif yang terjadi. Lukisan Siti yang menggambarkan kekuatan dan keindahan dalam keberagaman menjadi perbincangan masyarakat setempat. Para guru di sekolahnya yang tadinya mungkin meragukan kemampuannya, kini memandangnya dengan rasa kagum sekaligus bangga.

Tak lama setelah lomba, sebuah galeri seni seni lokal mengundang Siti untuk memamerkan karyanya. Ini adalah kesempatan besar yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Hari-hari Siti semakin disibukkan dengan persiapan pameran. Dia menciptakan lukisan-lukisan lain, masing-masing dengan cerita dan emosi yang mendalam. Dalam setiap pukulannya, beliau mengungkapkan segala pengalaman, perjuangan dan harapannya.

Ibu Aminah selalu berada di sisinya, memberikan dukungan spiritual dan praktis. Keduanya kerap begadang untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk pameran. "Siti, kamu harus bangga pada dirimu sendiri. "Apa yang kalian raih adalah hasil kerja keras dan tekad kalian," ucap Ibu Aminah penuh kasih sayang.

Hari pameran pun tiba dan galeri seni pun ditutup untuk pengunjung. Siti berdiri dengan gugup namun bangga di antara lukisannya. Banyak orang yang datang, termasuk beberapa tokoh penting komunitas seni setempat. Mereka mengagumi karya-karya Siti dan terkesan dengan kedalaman emosi yang tergambar di sana. Bahkan seorang kolektor seni ternama menawarkan untuk membeli salah satu lukisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun