Wanita di Jepang merasa enggan untuk punya atau menambah anak karena tingginya biaya untuk mengasuh anak. Walaupun pemerintah Jepang akan memberikan dukungan untuk membantu mereka bagi pasangan yang ingin memiliki lebih lebih banyak anak, tetapi banyak dari mereka tidak terlalu percaya pada politisi. Memiliki anak membutuhkan pertimbangan yang cukup besar  bagi pasangan menikah di Jepang. Banyak pasangan di Jepang yang telah menikah tapi mereka memilih untuk menunda, pasangan memerlukan persiapan ekonomi yang cukup memadai.
2. Mahalnya biaya pendidikan anak
Selain biaya membesarkan anak mahal, biaya pendidikan di Jepang juga tinggi. Orang tua di Jepang harus membayar biaya pendidikan di tiap angkatan.
3. Mengganggu pekerjaan
Orang Jepang kurang bisa mengimbangi anatar pekerjaan dengan pengasuhan anak. Mereka selalu berfokus kepada dunia karier yang digeluti hingga tidak bisa meluangkan waktu pada anak. Hal tersebut membuat mereka merasa bahwa merawat anak nantinya akan mengganggu pekerjaan mereka.
4. Tingginya infertilitas di Jepang
Infertilitas merupakan gangguan kesuburan yang dapat terjadi pada pria maupun wanita. Sebanyak 13,1% secara fisik tidak bisa melahirkan anak. Biasanya infertilitas terjadi pada wanita karena pertambahan usia. Meningkatnya jumlah usia yang menunda pernikahan membuat banyak pasangan yang menikah terlambat . Akibatnya terjadi infertilitas yang menimpa pasangan terlambat menikah. Hal ini menyebabkan jumlah kelahiran di Jepang menurun.
Fenomena shoushika mondai atau masalah menurunnya jumlah anak di Jepang yang telah terjadi selama bertahun-tahun menyebabkan ketidakstabilan pada penduduk Jepang. Masalah menurunnya tingkat kelahiran menyebabkan meningkatnya jumlah kaum lansia yang membuat berkurangnya jumlah anak, kaum muda di Jepang. Shoushika disebabkan tingginya usia menikah masyarakat Jepang. Dapat dilihat juga bahwa peningkatan yang terjadi pada usia rata-rata menikah yang mempengaruhi kesuburan para pasangan Jepang.Â
Di samping itu, semakin banyak wanita yang bekerja, tingginya biaya asuh dan pendidikan anak, menimbulkan keengganan wanita untuk menikah atau punya anak. Semakin sedikit jumlah kelahiran di Jepang, semakin sedikit juga penduduk kaum produktif yang akan menjadi penerus negara.
Daftar Pustaka
Dwi, Jayanti. (2010). Fenomena Wanita Pekerja Yang Berdampak Pada Masalah Shoushika () di Jepang. Skripsi Sarjana, Universitas Darma Persada.