Mohon tunggu...
Riska Puspita
Riska Puspita Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 4 Cikarang Utara Kab. Bekasi

Seorang Pendidik, Pengusaha, dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Diksi dan Seni Bahasa

4 November 2023   12:07 Diperbarui: 4 November 2023   12:11 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan ke-7 KBMN Gelombang 30

Narasumber: Maydearly

Tema: Diksi dan Seni Bahasa

Diksi berasal dari bahasa Latin yaitu dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction yang berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya. Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa? Sebab banyak keindahan  dari sebuah kata menjadi  prosa yang melampaui bayu di udara. Diksi bak irama tanpa aroma, menjadi senyawa indah mempesona melengkapi rumpun kata dengan sejuta makna.

Seorang penulis akan mampu berdiksi ababila ia mampu menerapkan 5 hal di berikut ini:

  • Sense of Touch adalah Menulis dengan melibatkan indera peraba untuk memperinci tekstur dan sensasi permukaan benda atau lingkungan. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya. Seperti contoh: Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
  • Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan. Contoh: Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu kugantungkan dilangit harapan
  • Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yangg tercecap di lidah. Contoh: Kukecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari kugenggam Hp  di tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.
  • Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip "show, don't tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa "melihat" apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya. Contoh : Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu adalah prasasti yang pernah kutinggali
  • Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. Contoh: Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera

Menulis dengan melibatkan ke 5 panca indera juga mampu memantik karya tertuang lebih natural. Karena kita menulis dari apa yang dilihat, dirasa, diraba, didengar. Cara memepersonifikasikan bahasa yang tepat adalah dengan memilah padanan kata yang baik. Tentu kita perlu sering membaca atau mencari referensi padanan kata yang pas agar tulisan kita kaya Diksi. Ketika tulisan sudah kaya Diksi maka tulisan kita tidak akan terlihat monoton.

Munculkan padanan kata yang asing di dengar. Sementara ini banyak penulis yang masih sulit memilah padanan kata. Penerapan Diksi amat penting karena Diksi tidak hanya lahir dalam karya genre Sastra. Diksi juga perlu hadir dalam karya ilmiah agar tulisan tidak semrawut dan memiliki alur penceritaan yang baik serta sopan. Tidak mungkin kata 'elu dan gue' ada dalam karya ilmiah bukan? Cara penulis mengingkatkan kemampuan berdiksi adalah dengan banyak membaca karya sastra baik teks book or by google

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun