Dalam dunia digital, cyberbullying dan pelecehan online telah menjadi masalah yang signifikan. Generasi Z seringkali menjadi sasaran serangan atau intimidasi di media sosial. Hal ini dapat menyebabkan dampak yang serius pada kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan bahkan pemikiran untuk bunuh diri.
Namun, bukan berarti teknologi adalah penyebab utama masalah kesehatan mental generasi Z. Teknologi dapat memberikan manfaat yang signifikan, seperti menyediakan akses ke informasi, sumber dukungan online, dan platform untuk menjaga koneksi sosial. Yang penting adalah meningkatkan kesadaran akan dampak negatif yang mungkin timbul akibat penggunaan teknologi yang tidak sehat, dan mengadopsi praktik yang sehat dalam penggunaan teknologi untuk menjaga kesehatan mental yang optimal.
Meskipun teknologi memberikan kemudahan akses informasi dan komunikasi, generasi Z juga menghadapi tekanan dan tantangan yang unik terkait kesehatan mental mereka seperti sebagai berikut:
Tekanan Akademik
Tingkat persaingan yang tinggi dalam pendidikan modern dan tekanan untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi dapat memberikan beban yang berat bagi generasi Z. Hal ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Contohnya, Seorang siswa SMA yang merasa terjebak dalam tekanan akademik yang tinggi. Dia memiliki tuntutan dari orang tua dan guru untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan masuk ke perguruan tinggi bergengsi. Kemudian siswa ini merasa stres dan cemas setiap kali menghadapi ujian atau tugas penting. Ketidakmampuan untuk mengatasi tekanan ini berdampak pada kesehatan mentalnya, mengalami kecemasan yang tidak sehat dan depresi ringan.
Dampak Media Sosial
Generasi Z adalah generasi pertama yang tumbuh dengan media sosial yang luas. Mereka sering merasa tertekan untuk menampilkan citra sempurna mereka di media sosial, yang dapat mempengaruhi harga diri dan memicu perbandingan sosial yang tidak sehat. Pemaparan terus-menerus terhadap informasi yang tidak sehat dan negatif juga dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental. Contohnya, Seorang gadis remaja yang terus-menerus terpapar dengan gambar-gambar dan cerita-cerita tentang kehidupan "sempurna" di media sosial.Â
Dia secara terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Hal ini menyebabkan rendahnya harga diri dan depresi. Dia juga merasa kesepian dan terisolasi karena tidak memiliki jumlah teman atau pengikut yang banyak di media sosial seperti yang dimiliki orang lain.
Kehidupan yang Terhubung secara Terus-menerus
Dalam era digital, generasi Z sering terhubung dengan teknologi secara berkesinambungan. Mereka jarang mengalami masa kesepian atau mengambil waktu hanya untuk diri sendiri. Dampaknya adalah kurangnya waktu yang dihabiskan di alam bebas, kurang tidur, dan gangguan hubungan interpersonal yang mendalam.Â
Contohnya, Seorang mahasiswa yang selalu terhubung dengan telepon pintar atau perangkat elektronik lainnya. Dia merasa cemas dan khawatir jika harus pisah dengan ponselnya untuk satu saat pun karena takut ketinggalan informasi atau pesan dari teman-temannya. Ketergantungan ini telah mengganggu tidur yang berkualitas dan waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan orang-orang di sekitarnya. Mahasiswa ini merasa kesepian meskipun dalam dunia maya dia selalu terhubung dengan orang lain.