Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Tunggu di Pojok"

4 Mei 2017   19:49 Diperbarui: 4 Mei 2017   20:31 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pojok ini aku diam, bukan aku sembunyi tapi ia ada dibalik dinding itu. Hanya saja tak sekuat itu untuk bertegur sapa. Bodoh yah? Tidak juga ini diam yang menguatkan teman. Andai saja melirik sedikit, mungkin akan terlihat aku. Aku membuka celah untuk itu. Mengatakan sesuatu yang sesuai dengan hati.

Renunganku terbangun...Ah aku tertidur lagi di meja ini. Demi waktu, kata-kata selalu berhasil membuatku terkantuk. Tak banyak yang dicerna tapi aku pulas. Aku menggeser kursiku dan mulai membaca.

"Boleh aku duduk?"

Aku mendengar suara itu. Kutorehkan leher, dia kembali lagi hari ini. Sekian-sekian dan terakhir sekian kali aku bertemu dia. Kemeja kotak-kotak, mata bulat, kulit gelap dan tinggi berisi.

Ia menarik kursi dan mulai membaca. Aku tidak duduk disampingnya, dia di meja seberang sana. Terkutuk. Aku tersenyum saat dia tertawa. Menjijikan, pura-pura tidak melihat saat aku dapat memandangnya. Di ruangan ini sepertinya aku selalu diberikan kesempatan untuk berpapasan. Buku masih ia pegang dengan raut wajah serius, ia mulai menyelam dan mungkin sudah berlayar.

***

            Esok sore aku kembali dengan kesiapan diriku untuk bertemu dengannya. Musik masih mengalun indah melalui earphoneyang kusambungkan ke laptop. Saat ini aku akan menantinya tapi seperti tidak ketahuan olehnya. Langit mendung masih menghiasi. Sepertinya hujan akan turun, aku akan semakin lama didalam gedung ini. Tidak perlu mencari alasan untuk menetap lebih laun disini namun alam mengetahui dan memberikan alasan tersebut. Ah aku masih saja berkhayal. Dia belum tiba, aku masih memandangi kursi itu berharap ia datang.

Brakkk brakkk.... (rak buku berjatuhan didekat aku duduk)

Aku terkejut setengah mati. Tiba-tiba buku-buku yang tersusun rapi berserakan dilantai diterpa angin kuat. Suasana masih sepi. Hening seketika, kilat diluar mulai bersambaran. Rintik-rintik hujan mulai turun. Tapi sungguh menyedihkan ia tak kunjung datang.

            Instrumen yang kudengarkan masih berlanjut dengan asik. Aku tergopoh menyelesaikan kata-kata yang aku tulis. Apakah ia tidak akan kembali lagi. Sejak beberapa hari yang lalu tidak berjua dengan sosok itu. Bagaimana ini? begitu singkat. Udara semakin dingin, aku memasukan kedua tanganku ke saku jaket. Di suasana hampir 15 derajat ini, petugas masih menyalahkan pendingin ruangan. Namun penantianku masih tetap aku lanjutkan. Aku belum menyerah untuk menunggu kedatangannya. Silakan pilih kursi dimana saja. Aku akan setuju yang terpenting aku tetap bersamamu dalam ruangan ini.

            Selang beberapa menit jarum jam berputar. Hari semakin gelap, kapan ia akan datang? Hati ini menunggu. Waktu yang kumiliki semakin singkat. Perputaran yang tak ada ujungnya. Hatiku masih terpaut untuk bertemu dia. Bagaimana bisa dia tidak akan datang dalam perjanjian yang sudah dibuat melalui hati yang mungkin membalas dalam senyumnya. Tidakkah jahat jika aku harus bermalam disini walaupun ditempat yang kusenangi sekalipun. Bukankah kejam. Aku bertentangan antara ada dan tiada untuk kehadiranmu itu. Senin lalu, ia memberikan buku yang wajib aku baca. Ia menegurku dengan santai seperti aku telah mengenalnya lama. Perbincangan yang singkat. Setelah itu, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Ah sudahla! Aku semakin kesal dengan penantian hari ini. Mungkin esok aku akan kembali dengan wajah baru. Sore ini kututup, anggap saja ia tak sempat datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun