Pi'ah kemudian lanjut bercerita kalau dulu semasa kecil mulai dari TK, SD, SMP dia sering dijauhi oleh teman-temannya hanya karena agamanya berbeda dari teman-temannya sehingga dia tidak punya teman dan seringkali merasa kesepian dan minder. Lalu semuanya berubah saat SMK dia mempunyai banyak teman dan lebih banyak lagi yang non muslim sehingga Pi'ah merasa nyaman saat SMK.Â
Saya kemudian lanjut bertanya kepada Pi'ah mengapa dirinya lebih memilih sekolah di SMK Negeri umum daripada sekolah khusus yang beragama Kristen saja? Lalu Pi'ah mengatakan bahwa katanya lebih mahal dan menurutnya sekolah sama saja mau dimanapun tempatnya karena yang penting adalah bisa belajar dan menuntut ilmu.Â
Semasa SMK Pi'ah mengikuti paskibra dan waktu ada event yang mengharuskan dia memakai jilbab agar seragam dengan teman-temannya dia tidak keberatan karena baginya merupakan bentuk toleransi terhadap teman-teman yang lain, yang penting dengan memakai jilbab sementara kan tidak merubah apa keyakinan yang ada pada dirinya dan tidak akan merubah dirinya, begitu kata Pi'ah.Â
Menurut saya apa yang dilakukan merupakan toleransi yang luar biasa walaupun bisa dibilang dia menjadi minoritas tetapi bentuk toleransinya sangat besar, bahkan Ita juga mengatakan kalau di sekolah biasanya Pi'ah juga mengingatkan teman-temannya yang muslim untuk sholat, membangunkan saudaranya ketika sahur walaupun dia tidak berpuasa dan jika teman-teman Pi'ah yang lain sedang berpuasa dia tidak makan didepan temannya untuk menjaga perasaan mereka sebagai bentuk toleransi.
Lalu saya juga bertanya bagaimana bentuk toleransi kamu dengan keluargamu sendiri? Secara bapak, ibu, dan kakak Pi'ah adalah muslim semua dan ia yang beragama Kristen sendiri. Kemudian Pi'ah mengatakan ia juga sering mengingatkan orangtua dan kakaknya untuk sholat. Hal itulah yang membuat Pi'ah juga sering mengingatkan temannya di sekolah untuk sholat karena ia juga mengingat bahwa orangtuanya juga seorang muslim dan tak mungkin Pi'ah tidak toleransi terhadap temannya.Â
Menurut Pi'ah kalau dia tidak bisa bertoleransi dengan temannya selain kristen sama saja Pi'ah juga tidak toleransi terhadap orangtuanya sendiri. Bagi Pi'ah agama merupakan hak kebebasan seseorang untuk memilih agama manakah yang diyakininya benar dan ketika dewasa kita semua pasti sudah bisa memilih manakah yang lebih baik atau tidak bagi kita.Â
Orangtua Pi'ah 2 tahun silam juga pernah menawarkan agar dirinya mau masuk dalam agama islam namun Pi'ah menolak bukan untuk durhaka, tetapi ia sudah yakin dan nyaman dengan keyakinannya yang dijalani sedari kecil dan menurutnya ia sudah cukup dewasa bisa untuk memilih manakah yang lebih baik untuknya dan menurut Pi'ah apa yang terjadi pada dirinya sekarang sudah menjadi takdir dari Yang Maha Kuasa terhadapnya. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalani dengan menaati apa perintahNya dan menjauhi semua laranganNya.
Sekian cerita yang dapat saya sampaikan, menurut saya semua agama dan keyakinan itu benar! Tidak ada yang salah! Semua agama milik Tuhan Yang Maha Kuasa dan orang yang salah adalah orang yang tidak beragama! Kalau semua orang bisa bertoleransi dengan baik seperti apa yang dilakukan Pi'ah dengan temannya, saudara, pun orangtua Pi'ah sendiri saya rasa tidak akan ada perpecahan dan konflik antar umat beragama. Semoga kita semua selalu bisa menjaga sikap toleransi kita terhadap sesama kita dan semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Wassalamualaikum wr. wbÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H