Mohon tunggu...
Riska Apriliani
Riska Apriliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Rajapolah Memaknai Social Distancing

10 Maret 2023   07:13 Diperbarui: 10 Maret 2023   07:16 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia mengumumkan adanya kasus novel coronavirus atau COVID-19 tepatnya pada Maret 2020. Sejak pemerintah menyampaikan informasi tersebut masyarakat mulai sibuk mengakses media untuk mendapatkan informasi COVID-19. Diantara informasi yang ingin diketahui masyarakat adalah cara pencegahan dan ciri-ciri virus mematikan tersebut. Menurut keterangan dari berbagai sumber bahwa virus corona dapat meyerang siapapun. Akan tetapi, orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, dinilai lebih rentan terhadap serangan virus ini. Di samping itu, seseorang yang tinggal atau berkunjung ke daerahatau negara yang rawan virus corona seperti Wuhan, China, tentu sangat berisiko terserang COVID-19 (Fadli, 2020).

COVID-19 adalah virus yang dapat menyebabkan kematian pada hewan dan manusia. COVID-19 diketahui dapat menyebabkan infeksi pernapasan mulai dari flu ringan hingga penyakit yang lebih parah pada manusia. Gejala yang paling umum atau yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari adalah demam, kelelahan dan batuk (Budiansyah, 2020). COVID-19 ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia sebagai wabah global. Oleh karena itu, cara penanggulangan wabah tersebut di tiap negara memiliki kesamaan. Misalnya di beberapa negara menerapkan social distancing, physical distancing, lokcdown, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Semua kebijakan tersebut memiliki tujuan yang sama yakni untuk memutus mata rantai COVID-19 (WHO, 2020). 

Namun demikian, teknis penerapan kebijakan tersebut tentu saja dikembalikan kepada tiap negara.
Social distancing merupakan program yang bertujuan untuk mencegah sedini mungkin tertularnya COVID-19. Program ini mengajak masyarakat agar membatasi dan mengurangi sedini mungkin untuk berkunjung ke tempat ramai yang berpotensi tertularnya COVID-19 (Hidayat & Noeraida, 2020).

Masyarakat juga dihimbau agar mengurangi kontak langsung dengan oranglain. Masyarakat diajak pula untuk membiasakan hidup sehat. Social Distancing artinya masyarakat menghindari sentuhan fisik, seperti berjabat tangan serta menjaga jarak setidaknya 1 meter saat berinteraksi dengan oranglain (Adrian, 2020). Penerapan social distancing dengan baik sangat membantu penyebaran virus COVID-19. Pelaksanaan social distancing mulai dari berdiam diri di rumah hingga penutupan sementara seperti tempat ibadah, tempat makan, toko, dan tempat keramaian lainnya diharapkan mampu memutus matarantai COVID-19 (Ramadhan, 2020).

Penerapan social distancing didukung pula oleh kebijakan bekerja dari rumah atau yang sering disebut (work from home), belajar di rumah dan beribadah di rumah. Menunda untuk tidak keluar rumah demi mengurangi interaksi dengan orang lain. Apabila terpaksa harus keluar rumah, maka terapkan protokol kesehatan seperti rutin mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer, dan menggunakan masker (Pane, 2020).
Membatasi kontak dengan orang lain menjadi cara terbaik untuk mengurangi atau memutus rantai penyebaran penyakit corona virus 2019 atau yang sering disebut dengan COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggunakan beberapa istilah yakni social distancing, physical distancing, karantina, isolasi dan ada di Indonesia dikenal dengan istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Wawan Syarief, usia 37 tahun yang berprofesi sebagai driver ojek online. Mengalami dampak dari kebijakan social distancing. Wabah virus corona memang membuat beberapa kalangan mengalami penurunan pendapatan, termasuk yang dialami Wawan Syarief. Semenjak adanya social distancing ada larangan ojek online untuk beroperasi. Wawan pun terpaksa tidak beroprasi sebagai driver, harus tetap dirumah saja untuk mengurangi rantai penyebaran covid tersebut. Dengan demikian wawan tidak bisa menghidupi keluarga seperti biasanya dikarenakan tidak ada penghasilan yang lain selain driver ojek online. Wawan mengaku hanya dirumah saja selama pandemi berlangsung karena takut covid menyerang dirinya dan keluarganya. Tidak ada kegiatan lain selain driver ojek online, Makan pun sedanya karena tidak punya uang. Boro-boro makan enak, beli beras aja susah (Wawan, 2020). Wawan berpendapat bahwa sebagian orang masih menganggap social distancing tidak penting, tapi sebagian orang juga berpikir langkah ini penting agar tidak terkena virus corona.

Pengetahuan Masyarakat tentang Social Distancing

Sejak beredarnya kabar virus corona masuk ke Indonesia, terjadi kepanikan yang luar biasa. Corona atau COVID-19 virus yang sangat mematikan itu mampu meluluh lantahkan bukan saja masyarakat Indonesia tapi seluruh penduduk di belahan dunia. Mencermati kondisi tersebut pada akhirnya World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia mengeluarkan keputusan agar masyarakat dapat menjaga jarak sosial ketika berinteraksi (WHO, 2020).

Keputusan ini dikenal oleh masyarakat dunia dengan istilah social distancing. Berikut penjabaran pengetahuan dan perilaku masyarakat memaknai social distancing. Salah satu cara yang dianggap dapat mencegah penyebaran virus corona saat ini adalah menjaga jarak sosial. Social distancing dinilai bisa mengurangi resiko terkait penyebaran virus COVID-19 karena virus tersebut menular melalui antarmanusia disaat orang yang positif menderita flu. Penerapan
social distancing yang umum dilakukan oleh masyarakat seperti bekerja dari rumah, belajar di rumah yang dilakukan secara online, menunda untuk bepergian ke tempat ramai yang dinilai banyak dihadiri oleh banyak orang. Jika memang terpaksa harus keluar rumah masyarakat harus megikuti protokol kesehatan (Kresna & Ahyar, 2020). Protokol yang mengatur interaksi seperti menggunakan masker ketika keluar rumah, tidak berbicara dalam jarak yang dekat, rajin mencuci tangan, dan membawa handsanitizer ketika akan keluar rumah.

Pasca merebaknya wabah virus corona (COVID-19) banyak institusi, perusahaan ditutup sementara. Situasi ini berdampak pada penurunan pendapatan bahkan tidak sedikit perusahaan yang terpaksa memulangkan karyawannya. Selain itu, social distancing juga berimbas pada sektor pendidikan. Siswa dari tingkat pendidikan usia dini hingga mahasiswa harus melakukan pembelajaran secara daring atau online dari rumah. Tidak terkecuali mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. 

Kebijakan tersebut bertujuan untuk memutus matarantai COVID-19 (Lilis Satriah, Sugandi Miharja, Wiryo Setiana, 2020). Hal senada diungkapkan oleh informan bahwa social distancing diterapkan untuk mengurangi angka positif corona sehingga situasi pandemi cepat selesai dan masyarakat bisa hidup normal kembali. "udah tepat kebijakannya, masyarakat mesti ikut supaya kondisi cepat membaik." Harapan informan tersebut tentu saja menjadi harapan bersama. Oleh karena itu, menjaga hidup sehat dengan mentaati protokol kesehatan tentu sudah menjadi tanggung jawab yang harus dijalankan oleh tiap individu.

Perilaku masyarakat dalam menyikapi social distancing

Rasa takut dengan adanya virus yang menyerang sistem pernafasan ini seakan dikalahkan dengan tuntutan kebutuhan hidup. Langkah pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran virus dengan social distancing belum sepenuhnya dilaksanakan. Situasi ini terjadi karena satu alasan yaitu ekonomi. Informan mengakui bahwa mereka mengetahui adanya pembatasan sosial, namun mereka terpaksa keluar rumah untuk menghidupi anggota keluarga. "saya tau ada laragan keluar rumah, tapi mau gimana, di rumah banyak yang bergantung dengan saya". Hal serupa juga diungkapkan informan lainnya "saya punya adik, ayah sudah tidak bekerja, jadi saya harus tanggungjawab untuk membiayai". Pengakuan informan berikutnyapun sama "ya saya sebagai masyarakat biasa masih harus tetep kerja mau gimanapun caranya, karena kalo gakerja nanti saya sama keluarga saya gabisa dapet penghasilan terus gabisa makan dong. Kalo saya tetep ikut anjuran dari pemerintah dengan berdiam diri dirumah bukan corona yang bakal dateng, tapi saya dan keluarga saya bakal kelaperan". Situasi yang dibangun atas pengakuan informan ini membuktikan bahwa masyarakat secara sadar dan mengetaui tentang kebijakan social distancing, namun karena faktor keterpaksaan kebijakan tersebut dilanggar. Meski demikian, informan mengakui bahwa selama beraktivitas di rumah mereka tetap menggunakan masker.

Kesimpulan
Social distancing sudah diketahui dan dipahami sebagai salah satu cara dalam mencegah virus COVID-19. Meskipun ada sebagian masyarakat yang masih bingung dengan kebijakan tersebut. Situasi ini terjadi karena minimnya literasi tentang bahaya COVID-19 yang diterima oleh masyarakat. Selain itu, adanya perasaan kaget dan hidup dalam kepanikan sehingga mereka bingungjika melakukan social distancing. Faktor utama yang membuat mereka panik, karena kebijakan tersebut mengakibatkan rutinitas harus dikerjakan dari rumah. Tentu saja situasi ini berdampak pada semua sektor seperti ekonomi dan pendidikan. Selain itu, masih adanya kekuatan relasi sosial di tengah masyarakat sehingga mereka terkadang secara sadar melanggar ketentuan social distancing. Adanya relasi seperti persahabatan dan silaturahmi dengan keluarga merupakan kebiasaan baik yang sulit ditinggalkan. Pengetahun masyarakat tentang social distancing dapat dikatakan hampir merata, terutama di perkotaan. Meski demikian, masih ada yang menyadari melanggar ketentuan tersebut. Informan menyadari bahwa aktivitas di luar rumah tidak baik sehingga tiap kali keluar rumah mereka menjalankan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, membawa handsanitizer, dan membiasakan cuci tangan. Penelitian juga menemukan masyarakat yang tetap memilih menjaga jarak sosial karena menyadari pentingnya keselamatan diri dan orang lain.

Budiansyah, A. (2020). Mengenal Apa itu Virus Corona & Cirinya Versi WHO.
Hidayat, D., & Noeraida. (2020). Pengalaman Komunikasi Siswa Melakukan
Pane, M. D. C. (2020). Virus Corona.
Rachmawati, R. P. (2020). Jaga Kesehatan Mentalmu Selama Social Distancing.
Ramadhan. (2020). Dampak nyata Social Distancing : memperlambat penyebaran COVID-19.
Rasyid, S. (2020). Dua teori penuntasan COVID-19.
WHO. (2020). #COVID Coronavirus Disease 2019: Situation Report 72. DroneEmprit (Vol. 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun