Mohon tunggu...
Riska Nur hanifah
Riska Nur hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

Riska Nur Hanifah adalah seorang mahasiswa di UIN Raden Mas Said Surakarta, yang tengah menempuh pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling Islam. Selain menjalani peran sebagai mahasiswa, Riska juga dikenal sebagai seorang aktivis yang aktif dalam berbagai organisasi, baik di dalam maupun di luar kampus. Keterlibatannya dalam organisasi tersebut mencerminkan komitmennya untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungannya. Di sela-sela kesibukan akademis dan organisasinya, Riska menyalurkan hobinya dalam membaca, menulis, memasak, dan traveling. Dia selalu bersemangat mencoba hal-hal baru, yang menambah wawasan dan pengalamannya. Kecintaannya pada literasi dan kuliner seringkali membawa Riska ke berbagai tempat, mencicipi berbagai budaya, dan menulis tentang perjalanannya. Selain itu, Riska memiliki minat khusus dalam isu-isu gender dan kesehatan mental. Dia sering menulis artikel dan esai yang mengangkat kedua topik tersebut, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat. Tulisan-tulisannya memberikan pandangan yang mendalam dan edukatif, serta mendorong diskusi konstruktif di kalangan pembacanya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Surga di Telapak Kaki Ibu: Menggugat Makna di Balik Kasus Pelecehan Seksual terhadap Anak

12 Juni 2024   08:34 Diperbarui: 12 Juni 2024   08:46 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Viralnya sebuah video tiktok yang mengunggah konten pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang ibu menggugah kita untuk merefleksikan makna mendalam dari pepatah tersebut dalam konteks kekerasan domestik. Pepatah "Surga di Telapak Kaki Ibu" menggambarkan betapa agungnya peran seorang ibu, yang diyakini sebagai sosok penuh kasih sayang dan pengorbanan. Namun, realitas tak selalu seindah pepatah.

Ketika seorang anak dilecehkan oleh ibu kandungnya, muncul kontradiksi yang menyakitkan. Ibu, yang seharusnya menjadi pelindung dan sumber kasih sayang, justru menjadi pelaku kekerasan. Hal ini menghancurkan kepercayaan dasar anak terhadap orang yang seharusnya paling dekat dengannya. Trauma yang dialami anak tersebut sering kali berdampak panjang, mengganggu perkembangan emosional, mental, dan sosialnya.

Fenomena ini menuntut kita untuk lebih kritis dalam memahami dan menerapkan pepatah tersebut. Mengagungkan seorang ibu tidak berarti menutup mata terhadap perilaku menyimpang atau kekerasan yang dilakukannya. Penghormatan kepada ibu harus didasari oleh kasih sayang dan pengorbanan yang tulus, bukan semata-mata karena statusnya sebagai ibu. Kasih sayang dan perlindungan adalah hak setiap anak, dan ketika seorang ibu gagal memenuhinya, maka masyarakat dan hukum harus bertindak untuk melindungi anak tersebut.

Kasus-kasus seperti ini menegaskan pentingnya pendidikan dan dukungan emosional bagi para ibu. Banyak ibu yang melakukan kekerasan mungkin juga merupakan korban dari trauma atau tekanan hidup yang berat. Dengan memberikan bantuan dan dukungan yang tepat, kita bisa mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut dan membantu ibu-ibu tersebut menjalankan peran mereka dengan lebih baik.

Akhirnya, meski pepatah "Surga di Telapak Kaki Ibu" tetap memegang nilai luhur, kita harus memaknainya dengan lebih bijak dan kritis. Surga memang ada di telapak kaki ibu, tetapi hanya ketika ibu menjalankan perannya dengan penuh kasih sayang dan tanpa kekerasan. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun